Jika predator tidak pernah gagal dalam menyerang mangsanya maka hal ini juga disebut sebagai habituasi rantai makanan. Predator-predator tersebut akan cenderung memangsa ternak daripada sesama satwa liar.
Kedua, Beberapa spesies mempunyai tempat yang khas dan selalu dipertahankan dengan aktif. Batas-batas teritori ini dikenali dengan jelas oleh pemiliknya, biasanya ditandai dengan urine, feses dan sekresi lainnya. Pertahanan teritori ini dilakukan dengan perilaku yang agresif (conflict behaviour).
Ketiga, rantai makanan yang terputus. Perburuan satwa liar yang tidak terkendali sebelum adanya konservasi bisa saja menjadi penyebab terputusnya mata rantai makanan satwa-satwa liar tersebut karena populasi beberapa spesies yang menjadi mangsa predator tidak lagi memenuhi kebutuhan predator.
Jika poin ketiga adalah penyebab utama predator memangsa ternak maka habituasi sangat mungkin terjadi. Dalam kasus ini, jika predator sudah terbiasa dengan ternak yang diberi tanda mata palsu maka metode coba-coba (trial & error learning) akan diterapkan oleh predator.
Misalnya penelitian yang dilakukan dengan membuat sekat dalam kotak yang akan mengeluarkan makanan bila ditekan. Jika tikus lapar dimasukan ke dalam kotak maka dalam waktu singkat ia dapat mengetahui cara mendapatkan makanan tersebut.
Predator akan mencoba untuk menyerang meskipun dia tau bahwa mangsanya sedang melihat gerakannya. Jika percobaan pertamanya berhasil maka predator akan merasa lebih kuat dan lebih pintar mengalahkan mangsanya.
Insting predator akan diperkuat jika mangsa di teritorialnya tidak memenuhi kebutuhan hidup mereka atau rantai makanan semakin menipis. Dan sebaliknya, jika populasi mangsa predator selain ternak masih tinggi maka cara tersebut bisa efektif.
Oleh karena itu, menjaga kestabilan ekosistem adalah salah satu faktor yang patut diperhatikan dalam melindungi ternak dari satwa liar tetapi tidak mengancam kehidupan predator-predator tersebut.
Salam!!!
Referensi: Satu; Dua; Tiga; Empat; Lima; Enam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H