"Kalau yang mengajukan korporasi ada motif bisnisnya, kita tahu medsos jadi saingan televisi. Bahkan seperti YouTube itu sudah jadi saingan televisi. Orang kan sekarang nonton YouTube ya, walaupun siarannya di televisi, orang nontonnya lewat YouYube," kata Refly dikutip dari Bisnis.com, 27 Agustus 2020.
Memang kalau kita cermati, stasiun televisi akan mengikuti jejak Kodak jika tidak bersaing mengikuti perubahan atau perkembangan zaman. Begitupun sebaliknya, stasiun televisi akan mengikuti jejak Fujifilm jika ada keinginan bersaing dan mengikuti perkembangan zaman.
Kita semua tahu, bagaimana Kodak dan Fujifilm menguasai pangsa pasar perfilman di dunia internasional sebelum era digitalisasi. Waktu itu, Kodak memperoleh 72 persen dari penjualan barang terkait film dan Fujifilm memperoleh 60 persen.
Namun, kejayaan mereka pelan-pelan menurun ketika internet sudah ditemukan dan komputer berevolusi menjadi PC dengan ukuran yang lebih kecil dan bisa dibawa kemana-mana serta kamera yang berevolusi menjadi kamera digital untuk mengikuti perkembangan teknologi.
Kodak dan Fujifilm kesulitan beradaptasi. Bukan hanya soal evolusi tetapi juga strategi bisnis. Banyak perusahaan kamera yang lahir dengan daya saing tinggi, permintaan pasar terbagi dan membuat keseimbangan produksi dan permintaan di Kodak dan Fujifilm terganggu. Produksi lebih besar dari permintaan.
Akan tetapi, seperti teori evolusi, "bukan soal power yang dimiliki tetapi kemampuan beradaptasi". Finansial tidak menjadi ukuran untuk bertahan tetapi adaptasilah yang mampu membuat perusahaan berdiri ditengah terpaan badai teknologi.
Fujifilm menyadari hal tersebut. Permintaan yang semakin hari semakin berkurang membuat mereka mengambil keputusan yang berani. Fujifilm berusaha merubah pola bisnis dengan memperkecil produksi untuk menciptakan keseimbangan antara penawaran dan permintaan.Â
Mereka juga menutup fasilitas yang tak diperlukan sehingga pengeluaran keuangan di bidang produksi benar-benar disunat. Keputusan ini mencegah terjadinya besar pasak daripada tiang meskipun pendapatan tidak sesuai dengan ekspektasi.
Mereka juga melakukan penelitian untuk bisa mengadaptasi teknologi yang dimiliki Fujifilm ke area lain untuk tetap melakukan produksi dan penjualan. Sementara beradaptasi, Fujifilm merambah ke bisnis farmasi, kosmetik, dan bahkan merambah produksi panel LCD lewat FUJITAC untuk membuat mereka bertahan.
Berbeda dengan Fujifilm, Kodak kesulitan menghasilkan uang. Dengan modal kejayaan yang dimiliki era sebelumnya mencoba bertahan dengan bisnis kamera. Perkembangan media penyimpanan yang tidak diikuti oleh Kodak membuat kamera digital generasi pertama mereka juga kurang diminati.
Akhirnya Kodak bangkrut karena tidak siap beradaptasi dengan evolusi teknologi dan bisnis yang semakin modern. Padahal, jika modal finansial dan nama besar mereka digunakan untuk beradaptasi maka mungkin Kodak lebih jaya dari Fujifilm.