Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Afiks dan Metatesis dalam Tata Bahasa Dawan (Timor) (2)

19 Agustus 2020   18:54 Diperbarui: 27 Agustus 2020   06:16 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Kain tenunan Lotis Suku Dawan (Corak Amanuban)/dokpri

Sedangkan sufiks -na dan -nu tidak bisa saling menggantikan satu sama lain antara empat sufiks tersebut tetapi memiliki fungsi yang sama yaitu untuk membedakan bentuk tunggal dan bentuk jamak.

Penambahan sufiks merubah nomina tunggal menjadi nomina jamak. Misalnya mana berarti mamar yang merupakan nomina tunggal kemudian menjadi nomina jamak setelah ditambahkan sufiks -enu dan -ini yaitu maan'ini atau maan'enu yang berarti mamar-mamar.

Contoh lain seperti bie yang berarti sapi merupakan nomina tunggal kemudian menjadi nomina jamak setelah ditambahkan sufiks -nu yaitu Bie'nu yang berarti lebih dari satu sapi atau sapi-sapi.

Atau manu yang berarti ayam merupakan nomina tunggal kemudian menjadi nomina jamak setelah ditambahkan sufiks -na yaitu maun'na yang berarti lebih dari satu ayam.

Sedangkan poses metatesis yang terjadi adalah adanya perubahan fonem pada dua huruf terakhir dimana terjadi pertukaran tempat antara huruf mati dan huruf vokal. Seperti kata mana yang menjadi maan-ini (dibaca: man'ini) atau maan-enu (dibaca: man'enu) terjadi pertukaran antara huruf a dan n.

Kasus ini berlaku untuk kata yang huruf terakhirnya adalah huruf vokal sedangkan kata yang diakhiri dengan huruf konsonan mengalami proses metatesis yang sedikit berbeda, dimana pertukarannya berlaku untuk dua huruf sebelum huruf terakhir. Misalnya kata mnahat yang menjadi mnaah-tenu (dibaca: mnahtenu) mengalami proses metatesis pada huruf h dan a.

Penggunaan sufiks dan proses metatesis dalam tata bahasa Dawan ini pada umumnya membentuk diftongisasi. Terjadinya perubahan bunyi vokal tunggal (monoftong) menjadi dua bunyi vokal atau vokal rangkap (diftong) secara berurutan. Seperti kata eno (pintu) yang menjadi eon-ini atau eon-enu (dibaca: eon'ini atau eon'enu) jika ditambahkan sufiks-enu dan-ini, terjadi metatesis pada huruf n dan o dan diftongisasi eo.

Sedangkan kata bie tidak mengalami proses metatesis karena terdapat dua vokal rangkap (diftongisasi) ie. Ini juga berlaku untuk kata-kata sejenis. Seperti noah (kelapa) yang tidak mengalami proses metatesis ketika ditambahkan sufiks. Metatesis terjadi jika memenuhi kaidahnya (dua huruf vokal mengapit satu huruf konsonan).

Adapun beberapa contoh tambahan yang perlu diketahui seperti:

Hala (tempat tidur) yang merupakan nomina tunggal menjadi haal-ini atau haal-enu (dibaca: hal'ini atau hal'enu) terjadi metatesis pada huruf l dan a yang berarti lebih dari satu tempat tidur (nomina jamak). Sedangkan diftongisasinya adalah aa.

Feto (perempuan) yang merupakan nomina tunggal menjadi feot-enu dan feot-ini (dibaca: feot'ini atau feot'enu) terjadi metatesis pada huruf t dan o yang berarti lebih dari satu perempuan (nomina jamak). Sedangkan proses diftongisasinya adalah eo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun