Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kalung Anti-Covid-19 di Antara Obat dan Mitos

8 Juli 2020   13:14 Diperbarui: 9 Juli 2020   00:48 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini, Kementerian Pertanian (Kementan) menemukan sebuah kalung aromaterapi eucalyptus yang dinyatakan bisa menekan penyebaran Covid-19. Menurut penjelasan dari pihak Kementan, kalung tersebut sudah melewati uji laboratorium dan hasilnya membuktikan bahwa bahan-bahan yang terkandung di dalam kalung itu berpotensi membunuh virus corona.

Belakang ini, kalung antivirus corona buatan Kementerian Pertanian tersebut menjadi perbincangan netizen dan menuai kontroversi. Kalung tersebut diklaim sebagai obat tetapi di sisi lain kalung tersebut dianggap sebagai jimat yang dibentuk oleh mitos atau kepercayaan masyarakat.

Kalung Anti-Covid-19 sebagai Obat

Hal terpenting yang perlu diketahui dari Kalung tersebut adalah bahan dasar pembuatannya. Kalung ini disebut sebagai aromaterapi eucalyptus karena bahan baku pembuatannya dari eucalyptus.

Dilansir dari berbagai sumber, Eucalyptus (bahasa Indonesia: Eukaliptus atau kayu putih) ini adalah sejenis pohon dari Australia yang terdiri dari lebih dari 700 spesies.  Meski demikian, beberapa spesies dapat ditemukan di Papua Nugini, Indonesia dan juga Filipina.

Di Indonesia, kayu putih sangat familiar bagi masyarakat Indonesia karena daunnya diproduksi sebagai minyak yang menjadi obat-obatan aromaterapi atau obat oles andalan keluarga. Selain itu, Kandungan eucalyptol pada minyak kayu putih dapat meredakan perut kembung sampai menjadi penangkal gigitan serangga.

Suku Aborigin di Australia seringkali menyeduh daun tanaman ini, layaknya daun teh, untuk mengobati demam. Selain itu mengunyah akar tanaman ini untuk menjaga kesehatan.

Dilansir dari Howstuffwork.com, minyak kayu putih mengandung cineol atau eucalyptol, pinene, limonene, citronellal, cineole, cryptone, piperitone dan setidaknya lebih dari 250 senyawa yang berfungsi sebagai antibakteri, antivirus, deodoran, membersihkan lendir dari paru-paru, sebagai obat gosok, mengurangi rasa sakit rematik, rematik, dan jenis lainnya.

Sementara peneliti dari Serbia yang disebut oleh Medical News Today dalam artikel The health benefits of eucalyptus menemukan bukti yang mendukung bahwa eukaliptus mengandung sifat antibakteri. Mereka menyimpulkan bahwa interaksi positif antara minyak eukaliptus dan antibiotik yang lain dapat mengarah pada pengembangan strategi pengobatan baru untuk infeksi penyakit tertentu.

Sebuah studi juga disebut oleh Medical News Today setelah diterbitkan oleh Clinical Microbiology & Infection menunjukkan bahwa minyak kayu putih berpotensi memiliki efek antibakteri pada bakteri patogen di saluran pernapasan bagian atas, termasuk Haemophilus influenzae, bakteri yang menyebabkan infeksi dan beberapa jenis streptococcus.

Sementara publikasi Stimulatory effect of Eucalyptus essential oil on innate cell-mediated immune response oleh BMC Imunology mengatakan bahwa minyak kayu putih dapat meningkatkan respon fagositik sistem kekebalan terhadap patogen dalam model tikus.

Artinya, minyak kayu putih berpotensi untuk digunakan sebagai perangsang sistem kekebalan tubuh manusia karena respon fagostik adalah proses di mana sistem kekebalan tubuh mengkonsumsi dan menghancurkan partikel asing.

Meski demikian, belum ada penelitian yang spesifik untuk kita jadikan sebagai dasar dalam penggunaan kalung Anti-Covid-19 tersebut. Kementan meminta waktu hingga 18 bulan untuk membuktikan dan menguatkan hasil penemuan awal mereka.

Kalung Anti-Covid-19 sebagai Jimat

Lalu bagaimana dengan anggapan kalung Anti-Covid-19 sebagai sebuah jimat?

Bentuk pengobatan alternatif tersebut seperti kalunglah yang menuai kontroversi karena jauh berbeda dengan ekspektasi masyarakat terhadap obat-obatan yang dikonsumsi. Kalung lebih identik dengan Jimat.

Definisi jimat adalah sejenis barang atau tulisan berbentuk seperti cincin, anggota tubuh hewan, batuan mineral dan sebagainya yang digantungkan pada tubuh, kendaraan, atau bangunan dan dianggap memiliki kekuatan supranatural untuk dapat melindungi pemiliknya, menangkal penyakit dan mendatangkan keberuntungan.

Jimat sangat familiar dalam kebudayaan masyarakat Indonesia. Suku Dawan di Pulau Timor juga mengenal jimat yang berbentuk kalung. Jimat tersebut digunakan jika seseorang yang sedang tidur mengunyah giginya secara terus menerus dan menimbulkan bunyi. Menurut orang Dawan, kejadian tersebut berakibat pada kematian anggota keluarga yang lain.

Jimat berbentuk kalung dibuat dari bambu lalu digunakan sampai kapan yang bersangkutan tidak mengunyah giginya lagi. Jimat tersebut dianggap memiliki kekuatan untuk menghilangkan kebiasaan tidur seperti itu.

Jimat ini dibangun berdasarkan sebuah mitos ancaman kematian yang akhirnya mewajibkan semua orang yang memiliki kebiasaan tidur serupa harus menggunakannya untuk tidak lagi mengunyah gigi saat tertidur.

Akan tetapi, jimat ditentang oleh ajaran agama Islam dan Kristen. Hal ini dikarenakan perbuatan ini merupakan bentuk meminta perlindungan dan penyembuhan kepada Allah lain atau dianggap sebagai sebuah mitos dan penyembahan berhala.

Sedangkan dari perspektif sains pun tidak memberikan gambaran yang masuk akal. Karena tidak ada hubungan logis antara kalung yang digunakan dengan penyakit yang dialami.

Oleh karena itu, bagaimanapun kalung Anti-Covid-19 yang disebut sebagai obat akan dianggap sebagai sebuah jimat jika para peneliti tidak membuktikannya dalam beberapa bulan kedepan.

Salam!!!

Referensi: satu; dua; tiga; empat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun