Awalnya penamaan anak berdasarkan kejadian atau peristiwa yang terjadi bersamaan dengan proses persalinan seperti Sena yang dilahirkan pada saat musim tanam jagung dan sebagainya.
Seiring berjalannya waktu, penamaan berdasarkan kejadian atau peristiwa yang terjadi tidak lagi digunakan oleh masyarakat Suku Dawan. Penamaan anak hanya mengikuti nama-nama nenek moyang atau keluarga yang telah meninggal dunia.
Penamaan anak yang mengikuti nama orang-orang yang telah meninggal memiliki alasan tersendiri, tergantung pada orang-orang yang memberikan nama.
Ada yang menganggap bahwa bayi yang baru lahir adalah pengganti keluarga yang telah tiada atau setidaknya menghapus kesedihan keluarga karena kehilangan orang tercinta. Lebih dari itu, ada harapan kepada bayi tersebut untuk memiliki sifat dan karakter yang sama dengan orang yang meninggal.
Oleh karena itu, seringkali para orang tua yang hanya menunggu waktu untuk kembali kepada pangkuan yang Maha Kuasa memberikan pesan kepada anak-anaknya agar kelak salah satu cucunya dinamai sesuai dengan namanya.
Misalnya nama penulis Neno Anderias Salukh mengikuti nama opa dari ibu. Neno adalah nama sebelum opa menjadi Kristen sedangkan pemberian Anderias adalah nama baptis atau Nasrani yang diberikan oleh gereja.
Pemberian nama penulis berdasarkan janji opa kepada ibu penulis untuk menamai seorang anak laki-laki sesuai dengan namanya Neno Anderias. Opa juga berpesan bahwa jika ibu penulis tidak melakukan pesannya maka ia akan membawa atau memanggil anak tersebut mengikutinya di liang kubur.
Dalam sistem kepercayaan Suku Dawan, orang-orang yang sudah meninggal memiliki kekuatan gaib yang mempengaruhi kehidupan manusia. Apa yang sudah dijanjikan harus ditepati apalagi hal-hal yang sangkut-paut dengan sistem kepercayaan atau dianggap sakral.
Menurut cerita ibu penulis, ketika penulis lahir pada tahun 1995, ayah dan ibu penulis melupakan janji opa dan mereka mencoba mencari nama yang lain untuk penulis. Akibatnya, selama tiga hari tiga malam, penulis yang baru berumur 40 hari 40 malam tidak bisa menyusu.
Untung adik dari opa penulis yang juga menyaksikan dan masih mengingat janji opa memberitahukan kepada ayah dan ibu penulis untuk memberikan nama Neno Anderias kepada penulis. Saat itu pula, penulis berhenti menangis dan bisa menyusu kembali.
Pemberian Nama Belakang Suku Dawan