Filosofi ini kembali membakar semangat para perempuan Mollo untuk terus bersuara dengan cara menenun di area pertambangan untuk mengusir orang-orang yang berkepentingan dalam ekploitasi batu Marmer tersebut.
Perjuangan ini yang mengantarkan Mama Aleta Baun meraih Nobel Lingkungan Hidup di Amerika Serikat. Semuanya terjadi karena sistem kepercayaan Suku Dawan yang menempatkan bumi sebagai Allah Ibu.
Mama Aleta tidak berjuang dengan nuansa politis atau untuk kepentingan pribadi tetapi berjuang atas dasar kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Suku Dawan (Timor) bahwa bumi adalah Allah Ibu yang harus dijaga dan dirawat sebaik-baiknya.
Penulis menjelaskan hal ini sekaligus menjadi jawaban terhadap beberapa pertanyaan yang mempertanyakan perjuangan Mama Aleta Baun yang dianggap sangat politis bukan murni perjuangan untuk lingkungan hidup Pulau Timor secara khusus di Mollo.
Jika kita telusuri, ada hubungan erat antara sistem kepercayaan dan mata pencaharian Suku Dawan yang bergantung pada alam. Masyarakat Dawan menjadikan jagung sebagai makanan pokok yang ditanam setiap musim hujan dengan pertolongan Uis Pah.
Oleh karena itu, salah satu tradisi yang terkenal adalah ritual Fua Pah dimana masyarakat berkumpul memberikan persembahan kepada Uis Pah (Bumi) sebelum pembukaan lahan baru atau pembersihan kebun dilakukan untuk menanam jagung.
Biasanya Tuan Kampung dipercaya sebagai orang yang memiliki hubungan khusus dengan Uis Pah atau dalam istilah Agama Kristen dan Islam, Tuan Kampung adalah nabi yang menjadi perantara.
Tuan Kampung akan mengucapkan Natoni sejenis mantra sebagai dialog manusia dengan Uis Pah untuk melaksanakan ritual persembahan. Biasanya, ternak pilihan warna tertentu menjadi hewan persembahan sesuai dengan permintaan Uis Pah kepada Tuan Kampung.
Ritual ini dilaksanakan di hutan yang dikenal dengan sebutan Nu'af. Setiap kampung atau ketemukungan (saat ini diganti dengan desa) memiliki Nu'af yang dijadikan sebagai tempat pelaksanaan ritual Fua Pah.
Akan tetapi, setelah Agama Kristen menguasai seluruh Pulau Timor, keberadaan Nu'af tidak terlalu penting bagi masyarakat Suku Dawan sehingga tidak ada margin perlindungan hutan dan ekploitasi hutan secara liar terjadi dimana-mana bahkan rasanya hutan kehilangan magis.
Saat ini, Nu'af yang masih bertahan dan terkenal atau masih jauh dari sentuhan manusia adalah Nu'af Nefomnasi di pegunungan Mutis (Mollo) (bisa dilihat di google map).