Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memaknai Simbol "18+" dalam Penerapan Pendidikan Seks

24 Februari 2020   10:54 Diperbarui: 21 April 2022   23:26 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Stock Adobe https://stock.adobe.com

Selain itu, percakapan-percakapan dewasa yang dilakukan oleh orangtua maupun guru seharusnya tidak didengar oleh anak-anak atau murid. Saya seringkali melihat beberapa orangtua yang membicarakan hal-hal seksual sementara anaknya asik mendengar.

Bagaimana mungkin anak-anak yang masih dalam pertumbuhan disertai dengan daya tangkap yang cukup kuat tidak terpengaruh secara psikologis?

Dilansir dari Detik, seorang psikolog pendidikan anak usia dini, Novita Tandry, M.Psi mengatakan bahwa porsi ingatan paling besar pada anak-anak terbentuk dari perbuatan 60 persen, mendengarkan membentuk 30 persen, sedangkan melihat membentuk 40 persen.

Jika anak-anak melihat tindakan-tindakan yang tidak mendidik dalam film, melihat orangtuanya melakukannya, mendengar kata-kata seksual, bukan tidak mungkin anak tersebut terus mengingatnya.

Oleh karena itu, melalui artikel ini penulis menganjurkan kepada orangtua maupun guru agar mengidentifikasi hal-hal yang seharusnya belum pantas dilihat dan didengar oleh anak-anak. Ini merupakan pendidikan seks yang cukup baik untuk diterapkan.

Salam!

Referensi: Satu; Dua; Tiga; Empat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun