Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Ibu-ibu Suku Dawan (Timor) Lebih Memilih Dukun Beranak?

29 Januari 2020   14:47 Diperbarui: 29 Januari 2020   16:05 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi melahirkan | Merdeka.com

Awal tahun 2000-an, peran dukun beranak mulai bergeser setelah Indonesia mengalami tren kematian ibu dan anak. World Health Organization (WHO) memulai upaya penanganan kematian ibu dan anak yang sebenarnya sudah tren sejak abad ke-17.

Salah satu programnya adalah Perawatan Persalinan yang memastikan bahwa tenaga kesehatan yang terlibat dalam proses persalinan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan alat-alat kesehatan untuk mendukung persalinan yang aman; serta menjamin ketersediaan perawatan darurat bagi perempuan yang membutuhkan, terkait kasus-kasus kehamilan berisiko dan komplikasi kehamilan.

Praktek dukun beranak yang dinilai tidak memiliki pengetahuan, kemampuan, dan alat-alat kesehatan untuk menolong seorang ibu yang hendak bersalin.

Kehadiran puskesmas dan tenaga-tenaga kesehatan seperti bidan dan mantri (perawat) di pelosok-pelosok pun dimaksimalkan untuk
menggeser peran dukun secara umum.

Meski demikian upaya penempatan tenaga kesehatan dinilai tidak efektif sehingga pemerintah daerah turun tangan. Saya ingat betul upaya penggeseran peran dukun pun dilakukan secara paksa oleh Pemerintah Daerah (Pemda) yang bekerja sama dengan pemerintah setempat dengan menerbitkan aturan/larangan kepada praktek dukun beranak.

Upaya ini dilakukan bersamaan dengan upaya penghapusan proses persalinan di rumah bulat setelah kasus ISPA menjadi perhatian utama di Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) (Basis Suku Dawan)

Baca: Ume Kbubu, RSIA Suku Dawan Tinggal Kenangan

Akan tetapi, seringkali saya mendengar keluhan dari beberapa ibu-ibu tentang penanganan rumah sakit dalam proses persalinan. Bukan tentang pelayanan rumah sakit yang tidak maksimal tetapi upaya melahirkan normal yang sudah jarang terjadi di rumah sakit menuai pro-kontra.

Di rumah sakit seringkali dilakukan proses operasi atau cesar untuk membantu proses ibu hamil yang sulit melahirkan. Padahal menurut mereka, ada kesulitan-kesulitan proses persalinan yang dinilai sangat gampang dilakukan oleh dukun.

Di sisi lain, biasanya, pemulihan membutuhkan waktu yang cukup lama. Bahkan, dilarang mengerjakan pekerjaan yang berat.

Hal ini bertolak belakang dengan budaya dan pekerjaan masyarakat Suku Dawan sebagai petani yang hidup menyatu dengan alam. Membersihkan kebun, mengambil kayu api, mengambil air di gunung dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun