Dari semuanya itu, akun saya menjadi salah satu akun yang paling banyak dikunjungi pada tahun 2019 dengan jumlah lebih dari 400ribu viewers. Tapi saya tidak perlu berbangga lebih karena tulisan-tulisan saya tidak sebaik Mbak Leya Cattleya yang berhasil meraih Best Opinion Award dan Mas Yonatan Christanto yang berhasil menyabet gelar The Best Interest.
Kemudian penghargaan berbentuk plakat itu dikirim oleh Kompasiana ke pedalaman Timor Tengah Selatan, tempat saya tinggal dan menghasilkan tulisan-tulisan tersebut.
Hal ini menjadi kesan tersendiri bagi saya, yang semakin membuat saya jatuh cinta kepada Kompasiana. Bukan tentang viewer yang saya peroleh, juga bukan tentang nama yang terukir di plakat tapi tentang ketulusan hati Kompasiana menulis nama saya di sebuah papan kecil dan mengirimkannya ke tanah Timor. Saya tidak bisa berkata-kata banyak tentang ini, hanyalah ucapan Terima Kasih.
Di penghujung tahun ini, nama saya muncul ditempat ketiga sebagai kompasioner terpopuler di tahun 2019. Mungkin inilah bukti dari frasa "Membacalah untuk mengenal dunia, menulislah untuk dikenal dunia". Akan tetapi, tujuan saya menulis bukan untuk pamer diri dan populer. Saya hanya menulis sebagai bentuk atau cara saya bersuara.
Salah satu artikel saya berjudul "Inilah Penumpang Gelap di Kubu Prabowo yang Dimaksud Gerindra"Â menjadi salah satu Artikel Headline Terpopuler di Kompasiana tahun 2019. Meski berada di urutan 14 dari 19 artikel, saya senang karena dibaca oleh banyak orang.
Selain itu, saya menempati peringkat #36 dalam perenkingan di Kompasiana. Meski demikian, saya belum bisa berpuas dengan semua ini. Saya harus belajar banyak hal untuk menjadi penulis yang menghasilkan konten-konten bermanfaat bagi orang lain.
Harapan saya di tahun 2020, selain menulis konten-konten yang bermanfaat, saya harus konsisten menulis sebagai cara saya belajar. Dan satu hal yang saya harapkan, akun saya mendapat centang biru. Hehehe.
Salam Kompasiana.
Selama Tahun Baru 2020
