Selamat! Airlangga Hartarto terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Tugas berat menantimu.
Forum Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar menyepakati dan menetapkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum (Ketum) Periode 2019-2025 secara aklamasi.
Dalam Munas yang diselenggarakan di Hotel Ritz-Carlton Jakarta, Airlangga sebagai petahana diberikan kesempatan menyampaikan laporan pertanggungjawaban. Begitu selesai pelaporan, pimpinan sidang Azis Syamsuddin meminta seluruh pemilih yang sepakat untuk menetapkan langsung Airlangga sebagai Ketum.
"Sepakatkah untuk mempersingkat dan menetapkan (Airlangga) ketua umum Golkar?"Â kata Azis di hadapan forum Munas di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, Rabu (4/12/2019).
"Setuju!"Â jawab forum lantang.
Dengan demikian, Ridwan Hisjam sebagai pesaing terakhir  Airlangga harus tersingkir setelah seluruh pemilik hak suara menyatakan sepakat mendukung Airlangga kembali memimpin partai berlambang pohon beringin ini.
Awalnya, terdapat sembilan nama yang mengambil formulir untuk ikut serta dalam bursa pencalonan ketua umum Partai Golkar. Diantaranya adalah Ridwan Hisjam, Ali Yahya, Achmad Annama Chayat, Indra Bambang Utoyo, Agun Gunandjar Sudarsa, Bambang Soesatyo, Derek Loupatty, Airlangga Hartarto, dan Aris Mandji.
Bukti bahwa persaingan perebutan kursi ketua umum Golkar harus diakui bahwa cukup memanas. Setiap calon dengan visi dan misinya mencoba menggaet pendukung dari semua kader Partai Golkar.
Akan tetapi, dari semua nama yang disebutkan di atas, Komite Pemilihan Ketua Umum Partai Golkar memutuskan empat nama tidak memenuhi syarat sebagai caketum yaitu Indra Bambang Utoyo, Achmad Annama Chayat, Derek Loupatty, dan Aris Mandji. Sedangkan, sisanya dinyatakan memenuhi syarat.
Lagi, menjelang munas dibuka oleh Presiden Joko Widodo, Bambang Soesatyo sebagai pesaing berat Airlangga menyatakan mengundurkan diri. Menariknya, mundurnya Bambang Soesatyo, diikuti oleh Achmad Annama Chayat, Indra Bambang Utoyo, dan Agun Gunandjar.
Mundurnya para calon secara masal merupakan indikasi bahwa kursi ketua umum semakin dekat dengan Airlangga Hartarto. Ridwan Hisjam yang masih bertahan sebagai penantang Airlangga hanyalah formalitas karena tidak dapat bersaing dengan Airlangga.
Karena itu, pemilihan secara aklamasi diyakini menjadi satu-satunya mekanisme pemilihan. Benar, seperti yang dituliskan di awal artikel ini Airlangga terpilih secara aklamasi.
Harapan Besar di Pundak Airlangga
Terpilihnya Airlangga Hartarto secara aklamasi merupakan solusi dari sebuah permasalahan yang membuntut panjang. Ada perang dingin yang terjadi dibalik hubungan Bamsoet bersama para pengikutnya dengan Airlangga dan pengikutnya.
Oleh karena itu, Airlangga memiliki tugas yang sangat besar. Selain menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi di masa pemerintahan Jokowi, Airlangga wajib mengembalikan kejayaan Golkar sebagai cita-cita para penantangnya.
Airlangga harus mengembalikan kejayaan Golkar, menjadikan kembali Golkar sebagai rumah TNI/Polri dan untuk merangkul kader muda partai yang merupakan generasi baru partai.
Lagi pula semua hal tersebut merupakan visi misi Bamsoet, pesaing berat Airlangga yang rela mundur dari bursa pencalonan ketua umum. Airlangga juga harus merangkul semua pengikut penantang-penantangnya terutama para pengikut Bamsoet yang juga pernah tersakiti akibat ulah Airlangga.
Ini adalah tugas utama dan pertama yang harus dilakukan sebelum mengerjakan tugas dan program kerja yang lain. Ia, Airlangga tidak akan mampu mengembalikan kejayaan Golkar hanya dengan segelintir orang atau tidak mendapat dukungan 100% dari semua kader partai.
Salam!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H