Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jalan Terjal Erick Thohir sebagai Menteri BUMN

20 November 2019   06:31 Diperbarui: 20 November 2019   06:32 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri BUMN Erick Thohir ketika ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta, Selasa (5/11/19) | KOMPAS.COM/MUTIA FAUZIA

Untuk mencapai tujuannya, Erick Thohir harus melampaui keberaniannya melewati jalan terjal yang menakutkan.

Baru sebulan dilantik, Erick Thohir membuat gebrakan yang tidak disangka oleh publik. Ahok yang penuh kontroversi dipanggil untuk mengikuti seleksi Direktur BUMN dan juga mantan komisioner KPK, Chandra Hamzah.

Bukan hanya itu, beberapa jabatan eselon satu dirombak total. Setidaknya 7 pejabat eselon satu akan diberikan jabatan sebagai direksi.

"Untuk mengelola aset sebesar Rp 8.200 triliun itu, saya perlu teamwork yang kompak, yang diisi dengan orang-orang yang bukan hanya cerdas, tetapi juga akhlak yang baik," kata Erick melalui keterangan tertulisnya, Jakarta, Senin (18/11/2019).

Jika kita menelusuri keputusan Erick Thohir dalam menggaet kedua tokoh yang terkenal dengan cara mereka masing-masing memberantas korupsi, rupanya Erick Thohir ada maksud yang tersembunyi.

Beberapa BUMN seperti Pertamina, PLN dan lain sebagainya menjadi lahan basah bagi para koruptor. Direktur Utama, PT. Pertamina Karen Agustiawan divonis penjara selama delapan tahun karena korupsi dan masih banyak kasus korupsi lainnya di lingkup BUMN.

Korupsi yang merajalela di lingkup BUMN ini disebabkan oleh mafia besar-besaran yang tak pernah terungkap. Mantan Sekretaris BUMN, Said Didu menyebut mafia yang terjadi sangat dekat dengan kekuasaan.

"Mafia (BUMN) ada didekat kekuasaan" kata Said Didu.

Bagi penulis, itulah yang dirasakan Bos Mahaka Group setelah dirinya diberikan tugas oleh Jokowi untuk mengatur BUMN di Indonesia. Untuk membongkar segala mafia hitam dalam tubuh BUMN, Erick Thohir berani memanggil Ahok meskipun dia tahu bahwa akan muncul penolakan dari beberapa pihak.

Disini saya melihat komitmen Erick Thohir untuk memajukan BUMN sekaligus memberantas tikus-tikus yang masih berkeliaran. Erick mencoba membangun sebuah atmosfer karakter yang baru di BUMN sehingga segala perusahaan negara yang ia kelola jauh dari penipuan dan kebohongan.

Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang membulatkan hati dan tekad demi mencapai sebuah tujuan, sekalipun ia belum dapat mengetahui hasil akhir dari tujuan tersebut. Berjerih payah dan berkorban demi menyelesaikan "T u j u a n n y a" sekalipun semua orang meninggalkannya." (Anonym)

Komitmen Erick Thohir tidak akan berjalan mulus, layaknya jalan terjal yang harus ia lalui. Kita tahu, tantangan pemimpin yang memiliki integritas tidak sedikit.

Ya, di Indonesia bukan hal yang baru. Nasib orang yang memiliki integritas berkomitmen untuk membongkar korupsi yang masih menjadi tantangan Indonesia untuk maju berakhir buruk; dilengserkan, dilukai dan bisa saja dipidanakan tanpa alasan yang masuk akal.

Untuk melewati hal tersebut, Erick Thohir harus melampaui keberaniannya atau lebih berani lagi untuk tidak didikte oleh orang-orang dibalik mafia besar-besaran di BUMN. Erick pun mungkin harus siap kehilangan jabatan jika ia tetap memegang komitmennya.

Memang tidak mudah tetapi Indonesia khususnya BUMN membutuhkan orang-orang muda yang berani, inovatif, energik, dan siap menghadapi tantangan seperti Erick.

Saat ini, gelombang penolakan terhadap pilihan Erick mengambil Ahok sebagai calon direktur salah satu BUMN merupakan tahapan pertama yang harus ia lewati jika ia ingin mencapai tujuan. Erick lebih baik mendengar kata hatinya daripada mendengarkan protes-protes yang tak berdasar.

Karena masih banyak tembok yang harus dipecah-pecah untuk menembus tujuannya. Tembok itu membutuhkan kejujuran, keberanian dan komitmen yang kuat.

Memang komitmen Erick Thohir saat ini hanya bisa dilihat dan dirasakan dari kata-katanya dan keputusannya memanggil Ahok dan Chandra Hamzah sehingga ia perlu mewujudkan kata-katanya membentuk tim yang solid dan memiliki akhlak yang baik. 

Mari kita menyimak, sejauh mana Erick Thohir melewati jalan terjal kejujuran dan kebenaran.

Salam!!!

Neno Anderias Salukh

Referensi: Satu; Dua; Tiga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun