Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gibran dalam Lingkaran Dinasti dan Nepotisme (Politik)

11 November 2019   12:50 Diperbarui: 11 November 2019   20:55 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agus Yudhoyono dicalonkan sebagai Gubernur DKI Jakarta silam adalah keputusan ayahnya. Tidak ada satu kader Demokrat yang mau diusung SBY waktu itu, saat ini anaknya memiliki posisi penting dalam partai yang ayahnya dirikan. Edhy pun demikian, menjadi anggota DPR RI karena partai yang ayahnya dirikan.

Saat ini Gibran Rakabuming Raka akan maju sebagai calon Walikota Solo. Tidak tahu apakah PDI-P akan menjadi pintu masuk Gibran atau partai politik lain yang mengusungnya? Akan tetapi, jika PDI-P membuka pintu maka saya yakin hal tersebut tidak terlepas dari Nepotisme Parpol.

Mengapa?

Sederet bukti di atas memperlihatkan fungsi ideal partai poitik yang sudah lama menghilang. Calon yang dipilih oleh parpol bukan calon yang melewati tahapan seleksi terlebih dahulu tetapi berdasarkan popularitas dan kekerabatan dengan seseorang yang sedang menjabat atau pernah menjabat.

Jujur bahwa mayoritas masyarakat Indonesia belum cerdas dalam memilih. Kasus dinasti politik tidak dapat diatasi dengan memberikan keputusannya kepada rakyat karena popularitas bagi mereka sudah cukup untuk dipilih padahal sejatinya masih banyak yang harus dipertimbangkan.

Karena itu, partai politik seharusnya mengedukasi masyarakat. Selain tentang kampanye positif (no money politik), parpol juga menyeleksi kader dengan mempertimbangkan semua faktor yang mendukung.

Salam!!!

Referensi: Satu; Dua; Tiga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun