Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ironi Kepunahan Jeruk Soe

10 November 2019   05:23 Diperbarui: 10 November 2019   21:09 1504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buah Jeruk Soe berbeda dengan jeruk lainnya. Jeruk ini memiliki keunikan tersendiri. Kulit tipis berwarna merah orange, mudah dikupas, rasa manis keasaman, dan berbentuk bulat sedang. Sedangkan pohonnya dengan ketinggian 2-4 meter dan dan berbuah pada usia 2-3 tahun.

Jeruk Soe paling banyak ditemukan di daerah Molo, dataran tertinggi di TTS tetapi juga ditemukan di beberapa tempat lain yang berada di dataran rendah seperti Kuanfatu dan Kualin yang tingginya tidak lebih dari 400 m dpl. 

Kualitas buahnya pun tidak berbeda. Hal tersebut sebagai bukti bahwa Jeruk tersebut milik orang TTS yang dinamakan Jeruk Keprok Soe meski memiliki ditemukan di beberapa daerah di Pulau Timor.

Jeruk Soe menguasai dunia buah selama 5 abad. Pada zaman Soeharto, Jeruk Soe cukup dikenal, bahkan anaknya Tomy Soeharto bersama rombongan dari IPB pernah melakukan penelitian tentang Jeruk Soe di TTS.

Namun memasuki tahun 1998, Jeruk Soe seakan runtuh bersama kejayaan orde baru. Terjadi perubahan iklim dan hama penyakit yang menyerang Jeruk Soe. Akibatnya tidak sedikit Jeruk Soe mati dan punah.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu teman yang memiliki keahlian di bidang pertanian. Ia mengatakan bahwa punahnya Jeruk Soe bukan karena perubahan iklim tetapi hama penyakit Phytopthora, Diplodia dan Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD). Khususnya untuk CVPD, bakteri yang paling banyak dari pupuk kimia.

"Kami belajar tentang kebijakan perlindungan tanaman, saya tidak tahu mengapa Jeruk Soe mati dan punah tetapi kemungkinan besar disebabkan oleh CVPD. Pada zaman itu, ratusan bantuan pupuk kimia dikirim ke Timor Tengah Selatan khususnya untuk tanaman Jeruk Soe sehingga dengan mudahnya CVPD menyebar dan pelan-pelan memusnahkan jeruk, " tuturnya.

Saya tidak tahu siapa yang menginisiasi kebijakan penggunaan pupuk untuk tanaman Jeruk Soe tetapi saya menduga ada upaya pemusnahan terhadap Jeruk Soe. Jika ada yang menginisiasi kebijakan ini, saya berani menuduhnya sebagai pembunuh Jeruk Soe.

Mengapa? Selama berabad-abad, Jeruk Soe bertarung mati-matian melawan Phytopthora untuk bertahan hidup. Phytopthora yang selalu ada di lahan yang basah diyakini menjadi penyakit wajib Jeruk Soe. Apalagi kondisi Timor Tengah Selatan yang sangat dingin.

Baca: Manik Tuin Sudah, Musim Dingin di Timor Tengah

Namun, Jeruk Soe tetap eksis hingga awal memasuki abad ke-20 dan harus merelakan kejayaannya direnggut CVPD yang ikut serta dalam pupuk kimia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun