Si Manis, Jeruk Soe yang hidup di Timor Tengah Selatan sejak abad ke-15. Mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-19. Kini, kejayaan Jeruk Soe hanyalah cerita
Siapa yang tidak mengenal Jeruk Keprok Soe? Jeruk manis yang menjajal istana presiden. Pada zaman kejayaan Jeruk Soe, pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) mensuplai Jeruk Soe ke istana secara konsisten.Â
Megawati Soekarnoputri ketika menjabat sebagai Presiden, meminta bertemu dengan beberapa petani Jeruk Soe dari TTS untuk terus mendorong budidaya Jeruk Soe.
Tentunya apa yang dilakukan oleh Megawati Soekarnoputri dikarenakan manisnya Jeruk Soe yang memanjakan lidah. Memang, di Nusa Tenggara Timur (NTT) Jeruk Soe merupakan buah favorit dan merupakan oleh-oleh khas orang TTS.
Sebagai orang TTS, ketika mengenyam studi di ibukota Provinsi NTT, Kupang, saya bertemu dengan teman-teman baru dari berbagai daerah di NTT seperti Flores, Alor, Rote dan sebagainya. Tak jarang juga saya bertemu dengan beberapa dari luar NTT seperti Papua, Maluku dan Pulau Jawa.
"Ingat Ole-ole e, jeruk Soe," kalimat permintaan yang paling banyak keluar dari teman-teman saya ketika liburan tiba.
Asal-Usul Jeruk Soe
Terdapat dua versi cerita dari para orangtua kami terkait dengan asal-usul Jeruk Soe. Beberapa mengatakan bahwa Jeruk Soe dibawa oleh penjajah Belanda sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa Jeruk Soe dibawa oleh para pedagang China.
Sulit untuk memilih versi yang benar karena Jeruk Soe dikenal dengan dua nama berbeda. Beberapa orang menyebutnya sebagai "Leon Kase" yang berarti Lemon orang luar Timor dan "Leon Sinas" yang berarti Lemon China. Akan tetapi, sangat diyakini bahwa Jeruk Soe berasal dari China karena Leon Kase dan Leon Sinas memiliki kesamaan.
Menurut catatan sejarah, Jeruk Soe sudah ada di Pulau Timor khususnya di kabupaten TTS paling tidak sekitar abad ke-15. Hal tersebut diyakini dari tulisan Dampier pada tahun 1729. Dampier yang mengunjungi Timor pada tahun 1699 telah menyaksikan dan menulis bahwa oranges sweet lemons telah ada di Timor yang diyakini sebagai Jeruk Soe.
Oranges sweet lemons adalah jeruk manis yang berasal dari China Kuno. Sebutan jeruk manis ini sudah ada dalam literatur China Kuno tahun 314 Masehi.
Buah Jeruk Soe berbeda dengan jeruk lainnya. Jeruk ini memiliki keunikan tersendiri. Kulit tipis berwarna merah orange, mudah dikupas, rasa manis keasaman, dan berbentuk bulat sedang. Sedangkan pohonnya dengan ketinggian 2-4 meter dan dan berbuah pada usia 2-3 tahun.
Jeruk Soe paling banyak ditemukan di daerah Molo, dataran tertinggi di TTS tetapi juga ditemukan di beberapa tempat lain yang berada di dataran rendah seperti Kuanfatu dan Kualin yang tingginya tidak lebih dari 400 m dpl.Â
Kualitas buahnya pun tidak berbeda. Hal tersebut sebagai bukti bahwa Jeruk tersebut milik orang TTS yang dinamakan Jeruk Keprok Soe meski memiliki ditemukan di beberapa daerah di Pulau Timor.
Jeruk Soe menguasai dunia buah selama 5 abad. Pada zaman Soeharto, Jeruk Soe cukup dikenal, bahkan anaknya Tomy Soeharto bersama rombongan dari IPB pernah melakukan penelitian tentang Jeruk Soe di TTS.
Namun memasuki tahun 1998, Jeruk Soe seakan runtuh bersama kejayaan orde baru. Terjadi perubahan iklim dan hama penyakit yang menyerang Jeruk Soe. Akibatnya tidak sedikit Jeruk Soe mati dan punah.
Berdasarkan wawancara dengan salah satu teman yang memiliki keahlian di bidang pertanian. Ia mengatakan bahwa punahnya Jeruk Soe bukan karena perubahan iklim tetapi hama penyakit Phytopthora, Diplodia dan Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD). Khususnya untuk CVPD, bakteri yang paling banyak dari pupuk kimia.
"Kami belajar tentang kebijakan perlindungan tanaman, saya tidak tahu mengapa Jeruk Soe mati dan punah tetapi kemungkinan besar disebabkan oleh CVPD. Pada zaman itu, ratusan bantuan pupuk kimia dikirim ke Timor Tengah Selatan khususnya untuk tanaman Jeruk Soe sehingga dengan mudahnya CVPD menyebar dan pelan-pelan memusnahkan jeruk, " tuturnya.
Saya tidak tahu siapa yang menginisiasi kebijakan penggunaan pupuk untuk tanaman Jeruk Soe tetapi saya menduga ada upaya pemusnahan terhadap Jeruk Soe. Jika ada yang menginisiasi kebijakan ini, saya berani menuduhnya sebagai pembunuh Jeruk Soe.
Mengapa? Selama berabad-abad, Jeruk Soe bertarung mati-matian melawan Phytopthora untuk bertahan hidup. Phytopthora yang selalu ada di lahan yang basah diyakini menjadi penyakit wajib Jeruk Soe. Apalagi kondisi Timor Tengah Selatan yang sangat dingin.
Baca:Â Manik Tuin Sudah, Musim Dingin di Timor Tengah
Namun, Jeruk Soe tetap eksis hingga awal memasuki abad ke-20 dan harus merelakan kejayaannya direnggut CVPD yang ikut serta dalam pupuk kimia.
Kini, kejayaan Jeruk Soe hanyalah cerita dan mungkin suatu saat hanya bisa dipercaya sebagai sebuah dongeng.
Salam!
