Janji Jokowi hanya diperlihatkan dengan lalu-lalang beberapa tokoh berbaju putih di istana. Media menyebut mereka sebagai orang yang akan mengisi kabinet Jokowi-Ma'ruf.
Seperti Erick Thohir, Airlangga, Whisnutama, Makarim bukan rahasia lagi jika mereka akan membantu Jokowi sebagai menteri. Bahkan, Prabowo sudah memberitahukan kepada media bahwa ia akan membantu Jokowi di bidang pertahanan.
Tertundanya pengumuman kabinet sebagai bukti Jokowi ada di antara dilema dan galau dalam menentukan kabinetnya. Dilema bekerjasama dengan oposisi dan galau dengan sikap partai koalisi seperti Nasdem yang memberi isyarat tidak setuju dengan keputusan merapatnya oposisi kepada pemerintah.
Dilema ini telah tercipta sejak Roadshow Prabowo Subianto mengelilingi semua partai koalisi Jokowi. Akibatnya, penetapan kabinet yang tak kunjung selesai.
Jokowi yang selama ini mengatakan kepada media bahwa penyusunan kabinet telah rampung sepertinya hanyalah sebuah harapan kosong untuk menghentikan pertanyaan media terkait dengan deadline pengumuman kabinet.
Menjelang pelantikan presiden, politisi Nasdem selaku Gubernur NTT, Viktor Laiskodat mengatakan bahwa ia ditawar oleh Jokowi untuk menjabat sebagai Menteri.
Semua hal di atas adalah secuil bukti dari segerombolan bukti bahwa menjelang pelantikan bahkan pada saat pelantikan pun masih ada perombakan dalam penyusunan kabinet Jokowi. Belum ada kepastian siapa saja yang harus membantu Jokowi selama rezimnya berjalan.
Ini sangat berisiko. Seleksi terhadap mereka yang akan duduk sebagai menteri tidak menjadi efektif. Professionalisme, kapasitas dan integritas tidak lagi menjadi parameter untuk menilai kelayakan seseorang menduduki kursi kabinet.
Syarat menjadi menteri terkesan akan dihilangkan; seleksi tidak lagi berjalan sesuai dengan alur karena Jokowi akan buru-buru untuk menjawab pertanyaan publik. Bukan itu. Wajib diumumkan secepatnya.
Seperti ini akan berpotensi buruk pada kinerja pemerintah. Professionalisme, kapasitas dan integritas yang kurang bahkan tidak dimiliki oleh para doulosnya.
Bukan hal yang mustahil, jika beberapa program kerja Jokowi akan gagal dilaksanakan dan mungkin akan terantuk pada batu yang sama.