Real Madrid menjalani musim lalu dengan penuh kepahitan. Pasalnya, tidak satupun trofi yang diraih oleh Madrid baik. La Liga dan Copa Del Rey direbut oleh Barcelona, dan Liga Champions yang dimenangkan tiga kali berturut-turut jatuh jatuh ke tangan Liverpool.
Menanggapi hal tersebut, Real Madrid merogoh kocek dan memboyong pemain-pemain kelas dunia seperti Eden Hazard, Luka Jovic dan beberapa pemain lainnya, dengan harapan daya gedor Madrid semakin baik.
Mengawali musim ini, Madrid menghadapi Celta Vigo di ajang La Liga. Madrid cukup tampil baik dan berhasil memenangkan pertandingan tersebut dengan skor akhir 3:1.
Kemenangan tersebut membawa angin segar bagi para fans dan seluruh elemen Madrid. Ini adalah awal yang manis dalam musim ini.
La Liga kembali mempertemukan Real Madrid dengan Real Valladolid di Santiago Bernabeu. Meski menjalani musim lalu dengan terpontang-panting, di atas kertas, Madrid lebih unggul dari Real Valladolid.
Namun, malapetaka datang, dalam pertandingan yang berlangsung tanggal 25 Agustus, Madrid dipaksa bermain imbang oleh Valladolid dengan skor 1:1.
Tak berhenti sampai disitu, Madrid kembali puas dengan hasil imbang ketika berhadapan dengan Villareal di matchday ketiga. Madrid sudah kelihatan lengah dan kehilangan taringnya.
Matchday keempat Madrid menjamu Levante di Bernabeu. Dengan bayang-bayang hasil imbang dalam dua pertandingan berturut-turut, Madrid memulai pertandingan dengan sedikit hati-hati dan unggul dengan skor 3:0. Akan tetapi, secara tiba-tiba intensitas permainan Madrid menurun dan kebobolan dua gol dalam sekejap. Madrid beruntung karena hasil imbang sudah ada didepan mata. Skor berakhir dengan 3:2.
Di Liga Champions, Madrid bersama PSG, Club Brudge dan Galatasaray berada dalam satu grup. Matchday pertama yang telah dilaksanakan pada 19 September 2019 mempertemukan Madrid dan PSG di Paris.
Madrid tercatat dalam beberapa pertemuan terakhir dengan PSG selalu keluar sebagai tim yang lebih kuat. Akan tetapi, pertemuan yang berlangsung di kandang Paris Saint Germain ini membawa malapetaka untuk Madrid. Angel Di Maria dkk berhasil menekuk pasukan Zinedine Zidane dengan skor telak 3:0.
Kekalahan ini menuai kritik, fans menuntut manajemen Madrid untuk memecat Zidane. Isu ini semakin menguat ketika nama Xabi Alonso dan Jose Mourinho disebut akan menggantikan posisi Zidane.
Zidane pun sudah mengetahui posisinya yang sedang dalam keadaan tidak aman. Bahkan, ia sudah siap dipecat oleh Madrid jika harus dilakukan.
"Saya tidak merasa diragukan, justru sebaliknya. Jika tidak, sebaiknya saya pergi,"Â tegas Zidane.
Madrid memang memiliki banyak masalah dalam permainan. Tidak ada pertandingan yang memuaskan, justru semuanya berakhir dengan kekecewaan meskipun menang. Masalah-masalah permainan Madrid adalah sebagai berikut:
Pertama, Intensitas permainan yang menurun drastis.
Masa kejayaan Zidane selama tiga periode bersama Madrid, sulit untuk kita melihat Madrid memainkan permainan dengan intensitas yang rendah bahkan sudah menjadi identitas permainan Madrid. Akan tetapi, kepergian dan kembalinya Zidane ke Real Madrid, identitas ini hampir tidak pernah terlihat lagi.
Terakhir kali dapat disaksikan ketika Madrid menelan kekalahan dari PSG. Pasukan Thomas Tuchel lebih banyak berlari, lebih menekan, dan berduel lebih tangguh daripada Madrid.
Kedua, Lini tengah Madrid kehilangan peran.
Sulit melihat Trio Modric, Casemiro dan Kroos kehilangan bola di setiap pertandingan. Namun, sejak musim lalu, Modric dan Kroos yang dinilai sebagai playmaker kelas dunia tampil mengecewakan, selalu kehilangan bola dan kalah duel dengan lawan yang tidak selevel dengan mereka.
Ketiga, Totalitas permainan yang masih kurang.
Sudah beberapa kali Madrid lengah di babak kedua, Madrid seolah-olah tak mampu melaju hingga 90 menit. Dibuktikan dalam pertandingan melawan Levante.
Selain itu, para pemain Madrid kurang impresif, tidak total dalam menyerang dan bertahan. Terlihat sekali ketika Angel Di Maria dengan mudah membobol gawang Tibaut Courtois sebanyak dua kali.
Lini tengah hampir tidak membantu pertahanan, Â sehingga pertahanan Madrid dengan mudah didobrak-abrik oleh lawan penyerangan. Pada saat yang sama, penyerangan Madrid tumpul dan tak berdaya, semua pemain lawan membendung Karim Benzema dan Eden Hazard sehingga tidak mampu menyelesaikan tugas utamanya dengan baik.
Zidane menyadari kualitas permainan anak buahnya, ia pun mengkritik gaya permainan anak asuhnya ketika melawan PSG.
Di saat yang sama, Zidane ditunggu oleh Sevilla dalam lanjutan La Liga. Mengunjungi Ramon Sanchez Pijzuan dengan bermodalkan kekalahan di Perancis membuat Zidane seakan pasrah meski ia menargetkan kemenangan.
Bagaimana tidak, kritik demi kritik dilayangkan oleh publik terhadap klub, orang-orang sudah tidak menganggap Madrid sebagai klub yang tidak ada apa-apanya. Akibatnya posisi Zidane sedang di ujung tanduk. Jika kalah melawan Sevilla maka bukan hal yang tidak mungkin Fiorentina Perez memecatnya.
"Kami harus memberikan segenap kemampuan kami untuk memenangkan pertandingan itu. Kami harus bekerja keras, dan mempersiapkan diri sebaik mungkin dan mengubah pandangan orang terhadap klub ini."Â ujar ZidaneÂ
Akhirnya, Ramon Sanchez Pijzuan menjadi saksi kebangkitan Madrid. Meski hanya menang tipis dengan skor 1:0, Madrid menampilkan sebuah permainan yang cukup apik. Madrid yang mendapatkan perlawanan sengit dari tuan rumah. Bahkan Sevilla yang unggul penguasaan bola dari 55 persen, Madrid tidak lengah dalam mengganggu dominasi Sevilla.
Bahkan, yang paling menarik adalah Benzema yang berperan sebagai Striker pun hampir dilihat dimana-mana, semua bermain dengan baik, serangan dan pertahanan menjadi tugas bersama.
Intensitas permainan yang diciptakan oleh pemain-pemain Madrid membuat pasukan Julen Lopetegui sulit menciptakan gol. Selain itu, lini tengah yang dipimpin oleh Casemiro dan Kroos menjadi lebih seimbang, James yang membantu lini tengah pun bermain dengan baik.
Permainan Madrid melawan Sevilla memang memuaskan. Zinedine Zidane pun angkat bicara bahwa performa Madrid saat menghadapi Sevilla adalah yang terbaik sejak ia kembali menangani Madrid.
"Ini adalah laga yang paling membuat saya puas sejak kembali ke sini. Setiap pemain di lapangan saling membantu." Ujar Zidane.
Nasib Zidane tergantung konsistensi permainan, apakah Madrid akan terus menerus bermain seperti pertandingan melawan Sevilla? Osasuna dan Atletico adalah ujian berat yang patut dilewati Madrid dalam bulan ini.
Madrid akan dibayang-bayangi kekalahan 7:0 dari Atletico di ICC. Mampukah Madrid membalas kekalahan itu? Ataukah Madrid menambah daftar penderitaannya?
Mari kita menyimak!!!
Salam
Referensi: Satu; Dua; Tiga; Empat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H