Pendiri aliran psikologi behaviorisme John B. Watson juga menyebut marah sebagai salah satu emosi dasar yang dimiliki oleh manusia selain takut dan kasih sayang.
Meski ada beberapa ahli psikologi yang lain menyebutkan emosi dasar manusia lebih dari tiga tetapi amarah menjadi salah satunya.
Menurut ahli psikologi orang yang marah sangat mungkin melakukan kesalahan karena kemarahan menyebabkan kehilangan kemampuan pengendalian diri dan penilaian objektif.
Marah juga berkaitan erat dengan agresi dan kekerasan. Oleh karena itu, bila marah sudah mengarah ke agresi maka akan menyebabkan tindakan yang merusak, memusnahkan atau menghancurkan.
Seseorang yang marah bisa melukai hati orang lain dengan kata-kata. Contohnya adalah ucapan yang menyinggung perasaan, memaki-maki, menghina, merendahkan, memperlakukan berbeda, menyepelekan. Bahkan, melukai secara fisik seperti menampar, meludahi, menjambak, menendang dan memukul.
Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan amarah yang dapat merugikan orang lain bahkan diri sendiri. Kejadian di Kalimantan ini menjadi bukti akibat dari amarah yang tidak terkontrol.
Karena marah adalah emosi dasar, kita tidak bisa menghindarinya tetapi kita bisa mengontrolnya.
Aristoteles mengatakan bahwa siapa pun bisa marah, marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik, tidaklah mudah.
Ya, memang tidak mudah tetapi tidak berarti tidak bisa dilakukan karena disamping marah sebagai emosi dasar terdapat kasih sayang yang seharusnya melampaui amarah yang dapat berakibat buruk bagi orang lain termasuk diri kita.
Selain itu, rasa takut sebagai emosi dasar seharusnya meresponi akibat dari pelampiasan amarah yang dapat melukai secara psikis dan fisik sehingga kecenderungan melakukan kekerasan tidak terjadi.
Karakter anak tidak bisa dibentuk dengan kekerasan