Â
Seorang ayah membunuh anaknya tanpa sadar. Inilah tindakan yang menjadi pelajaran berharga bagi para orang tua.
Dilansir dari Kompas.com, seorang siswa sekolah menengah pertama (SMP), Eko Saputro (15) tewas tertusuk pisau di halaman rumahnya, di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Sabtu (31/8/2019).
Berawal dari ibu korban menyuruh korban ke warung untuk membeli wadai (jajanan). Korban sempat kembali tanpa membeli apapun, lalu ia balik lagi ke warung untuk membeli roti dan susu kotak.
Roti dan susu kotak ini kemudian menjadi barang rampasan antara dia dengan adiknya. Adiknya yang meminta secara baik-baik tidak dihiraukan oleh korban sehingga terjadilah kejar-kejaran antara korban dengan adiknya. Bahkan, terjadi perkelahian antara korban dengan adiknya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari Kompas.com, ayahnya yang tidak suka dengan perlakuan korban kepada adiknya langsung membuang pisau yang digunakan untuk mengupas jagung ke arah korban.
Lemparan pisau yang dilakukan tanpa sadar oleh ayahnya mengenai dada kiri korban sehingga korban jatuh tersungkur. Korban sempat dilarikan ke Rumah Sakit tetapi tidak dapat diselamatkan.
Ayahnya sempat merahasiakan kematian anaknya ini. Bahkan, ia sempat menyangkal perbuatannya tetapi melalui autopsi yang dilakukan oleh Polisi, ayahnya mengakui perbuatannya tersebut.
Sayang sekali, seorang ayah melakukan tindakan yang merenggut nyawa anaknya sendiri. Bermaksud mendiamkan perilaku anaknya, malah yang terjadi adalah membunuh buah hatinya sendiri.
Lalu apa yang menjadi pelajaran dari kejadian menyedihkan ini?
Berhati-hatilah dengan amarah
Amarah adalah suatu emosi primer, alami, dan matang yang dialami oleh semua manusia pada suatu waktu.