Meski dinilai tak pantas, Edhy Prabowo merupakan kandidat kuat masuk kabinet Jokowi dari Gerindra. Ini alasannya.
Wacana menteri Jokowi dari Gerindra semakin menguat. Jokowi ingin merangkul kembali Prabowo Subianto untuk sama-sama membangun Indonesia. Bukan hanya Prabowo, Jokowi pun mengajak Sandiaga Uno untuk bekerja sama membangun Indonesia.
"Saya mengajak Pak Prabowo Subianto dan Pak Sandiaga Uno untuk bersama-sama membangun negara ini,"Â kata Jokowi di gedung KPU, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Minggu (30/6).
Merespon hal tersebut, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menyatakan kesiapannya membantu pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama masa kepemimpinannya kala bertemu di MRT.Â
"Saya juga ucapkan selamat tambah rambut putih. Menjadi presiden itu adalah mengabdi. Masalah yang beliau pikul besar, kami siap membantu kalau diperlukan, untuk kepentingan rakyat," kata Prabowo di stasiun MRT Senayan (13/07/19).
Meski menurut Gerindra membantu tidak harus berada dalam kabinet, Gerindra tidak menutup kemungkinan untuk bergabung dalam koalisi jika diminta oleh Jokowi untuk mengisi kursi kabinet.
Untuk itu, jika pada akhirnya Gerindra masuk kabinet dengan tujuan membantu pemerintahan Jokowi maka Gerindra dipaksa untuk menyiapkan figur yang tepat untuk mengisi posisi yang dibutuhkan oleh Jokowi. "The Right Man in The Right Place"
Dalam wacana menteri dari kubu Gerindra, ada beberapa nama yang digadang-gadang akan mewakili kubu Prabowo-Sandi untuk bergabung bersama Jokowi. Fadli Zon, Edhy Prabowo dan Sandiaga Uno adalah figur yang terus dibicarakan oleh publik dan media sebagai calon menteri dari kubu Prabowo-Sandi.
Nama Edhy Prabowo lebih mendominasi Fadli Zon dan Sandiaga Uno. Pasalnya, Pertemuan Jokowi dan Megawati tidak terlepas dari perannya. Edhy selalu menjadi pendamping setia Prabowo Subianto.
Kesuksesan Edhy Prabowo pun tidak terlepas dari polesan Prabowo. Edhy sudah menjadi murid Prabowo selama 26 tahun. Bahkan, baginya, separuh hidupnya bersama Prabowo.
 "Keikutsertaan sama beliau (Prabowo) sudah 26 tahun. Setengah hidup saya, ikut Pak Prabowo," katanya.
Edhy Prabowo dilahirkan di Muara Enim, Sumatera Selatan 24 Desember 1972. Ia merupakan salah satu politikus partai Gerindra yang kini menjadi sebagai Ketua Komisi IV DPR dan Ketua Fraksi Gerindra di MPR RI peridoe 2014 - 2019.
Edhy menyelesaikan studi sarjananya di Universitas Prof. Dr. Moestopo, Jakarta pada tahun 1997 dan studi magister di Manajemen, Swiss German University (SGU), Serpong pada tahun 2004.
Awalnya Edhy meniti karir sebagai atlet pencak silat. Ia tampil di event-event nasional seperti PON bahkan ditingkat mancanegara. Sebagai seorang atlet, Edhy bercita-cita menjadi seorang tentara. Pada tahun 1991 Edhy berhasil diterima menjadi anggota Akabri di Magelang, Jawa Tengah. Sayangnya, ia dipecat karena dikenai sanksi dari kesatuan. Pemecatan Edhy dari Akabri menuai tangis dari Edhy dan keluarganya.
"Keluarga semua nangis,"Â ucapnya.
Meski demikian, Edhy tidak larut dalam kesedihannya, ia tidak menyerah pada keadaan. Ia pun memutuskan untuk merantau ke ibukota negara, Jakarta. Disanalah ia bertemu dengan Prabowo Subianto di kawasan Ancol, Jakarta Utara bersama 15 orang yang juga adalah teman-temannya.
Pertemuan tersebut merupakan titik awal kehidupan Edhy bersama Prabowo Subianto yang juga adalah pengurus pencak silat. Bersama Prabowo, ia pun ikut dalam Pekan Olahraga Nasional XIV yang diselenggarakan di Jakarta. Dimulai pada 9 September 1996 sampai dengan 25 September 1996.
Kala itu, ia hanya berhasil meraih perunggu. Prabowo yang ikut menonton aksinya mempertanyakan Edhy yang tak mampu meraih emas. Rupanya Edhy pun ikut kecewa dan sedih atas kegagalannya sehingga ia memutuskan untuk pergi ke Malang selama dua minggu.
Menarik, Prabowo tidak tinggal diam. Ia mencari muridnya yang sedang hilang. Ia pun menyekolahkan Edhy di Universitas Moestopo. Edhy mulai menjalin hubungan yang sangat dekat dengan Prabowo. Bahkan, ia mendampingi Prabowo merintis usaha di Yugoslavia. Inilah bukti kedekatan Edhy dengan Prabowo Subianto.
Pada saat Prabowo mendirikan Partai Gerindra, Edhy pun ikut mencalonkan diri sebagai anggota legislatif melalui Kampung Halamannya, Dapil Sumatera Selatan II pada pemilu 2009 dan berhasil meraih suara terbanyak.
Tak heran Edhy pun berhasil menduduki kursi parlemen selama dua periode hingga saat ini. Jabatannya sebagai ketua komisi dan ketua fraksi adalah bukti Edhy bukan politisi abal-abal.
Edhy pun dipercaya menjadi Wakil Ketua Umum Bidang Keuangan dan Pembangunan Nasional DPP Partai Gerindra sejak 2012 - sekarang.
Presiden Direktur dan Komisaris di PT.Kiani Lestari Jakarta ini aktif berorganisasi di Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan menjabat sebagai Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan HKTI.
Edhy dikenal sebagai salah satu politisi yang membela kepentingan rakyat. Pada Rapat Paripurna ke-60 tanggal 26 April 2016, Edhy menolak pembangunan gedung DPR. Baginya, pembangunan ini sebaiknya ditunda dan menunggu hingga keadaan ekonomi Indonesia membaik. Edhy pun pernah mengkritik pengalihan lahan pertanian yang saat ini dijadikan sebagai lokasi industri.Â
Kini, namanya dikaitkan dengan kursi menteri mewakili Gerindra, Edhy enggan berkomentar. Ia mengatakan bahwa hal tersebut adalah urusan pimpinan partai.
"Saya mendengar itu. Tapi kan saya juga enggak mau geer. Saya, yang jelas, fokus. Semuanya itu saya serahkan (kepada pimpinan Gerindra)," kata Edhy saat dijumpai di Menara Kompas, Jakarta, Senin (12/8/2019).
Menurut penulis, kedekatannya dengan Prabowo adalah kekuatan Edhy. Lagi pula pengalamannya di parlemen tidak dapat diragukan untuk menduduki kursi menteri.
Selain itu, berdasarkan pengakuan Partai Gerindra tentang bidang yang mereka tawarkan kepada Jokowi, Edhy masih menjadi kandidat kuat masuk kabinet.
Gerindra menyebutkan, ada sejumlah konsep yang dimiliki Gerindra dan telah disampaikan ke Jokowi, salah satunya terkait program ketahanan pangan.
Jika pada akhirnya, program ketahanan pangan yang diterima maka pengalaman Edhy bersama HKTI dan mengurus bidang pertanian, pangan, maritim, dan kehutanan di komisi IV pasti mengantarkannya ke kursi kabinet.
Apakah akan terjadi demikian?
Mari kita menyimak.
Salam!!!
Referensi: Satu; Dua; Tiga; Empat; Lima; Enam; Tujuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H