Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Masih Percaya Ahok?

9 Agustus 2019   07:05 Diperbarui: 9 Agustus 2019   07:23 3085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ahok saat terima piagam penghargaan Roosseno Award pada Senin (22/07/2019)-KOMPAS.com/VERRYANA NOVITA NINGRUM

Sepertinya sulit untuk mempercayai kata-kata Ahok. Ya, begitulah!

Ahok adalah salah satu politisi yang sangat diidolakan di negeri ini. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak yang tidak menyukai mantan gubernur DKI Jakarta ini.

Ahok disukai karena integritas dan etos kerja serta beberapa terobosan barunya ketika menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Namun, panas setahun dihapus hujan sehari. Ahok harus rela menjalani hidup selama dua tahun di penjara sebelum masa jabatan gubernur selesai.

Masuknya Ahok ke dalam penjara menuai kontroversi. Pasalnya kasus penistaan agama yang menjeratnya dianggap bukan penistaan oleh beberapa tokoh agama Islam. Akan tetapi, kenyataan harus diterima oleh siapapun meskipun hal tersebut menyakitkan.

Ahok sakit hati? Ia. Baginya mustahil untuk melakukan penistaan agama Islam karena ia dibesarkan oleh keluarga muslim. Ahok menangis dan rela menerima hasil putusan pengadilan.

Meskipun luka itu sembuh, bekas akan tetap tertinggal.

Ketika ia keluar dari penjara, ia diharapkan kembali ke dunia politik. Bahkan, ada beberapa orang yang menginginkan dia untuk menjabat sebagai KPK atau menteri.

Akan tetapi, dalam acara penerimaan Rooseno Awards, Ahok menyampaikan bahwa ia tidak mungkin jadi menteri karena ia dicap sebagai penista agama. Bahkan, tak segan-segan ia mengatakan bahwa karir politiknya sudah tamat. Selain dicap sebagai penista agama, menurutnya kasus perceraian dan pernikahannya dikecam oleh beberapa orang.

"Saya sudah selesai karier politik saya sesungguhnya, saya katakan, Orang mayoritas beragama sudah mencap saya penista. Masyarakat kelas menengah, terutama ibu-ibu, marah karena urusan perceraian saya dan pernikahan saya, Saya tidak mungkin jadi menteri. Saya kan sudah cacat di Republik ini," kata Ahok.

Meski kata-katanya sangat meyakinkan, penulis menilai bahwa kata-katanya perlu dimaknai lebih mendalam.

Ucapan Ahok tentang reputasi orang terhadap dirinya sebagai penista agama dikaitkan dengan karir politiknya adalah ungkapan sakit hati. Banyak orang yang ingin karirnya di dunia politik berhenti, mereka berpikir bahwa Ahok ingin berkuasa di Indonesia. 

Padahal kita bahwa visi Ahok hanya ingin membantu orang miskin sehingga kata-kata Ahok mau menunjukkan bahwa dirinya tidak pernah merebut kekuasaan dan tidak rakus jabatan karena itu bukan tujuan utamanya.

Sedangkan kata-kata Ahok tentang beberapa orang yang mengecam perceraian dan pernikahannya dikaitkan dengan karir politiknya, secara tersirat ia sebenarnya ingin menyampaikan bahwa tidak ada yang merasakan posisinya. 

Oleh karena itu, ia ingin menegaskan bahwa tidak perlu mengaguminya atau mendukung karir politiknya jika memang tidak ada yang menyukainya.

Hal ini dipertegas dengan kehadirannya di Kongres PDI-P di Bali. Bahkan, ia disapa khusus oleh Megawati. Bahkan, Megawati masih memanggilnya dengan sebutan Ahok padahal sebetulnya ia tidak ingin dipanggil Ahok lagi tapi BTP.

"Ada yang bilang, jangan dong panggil Pak Ahok lagi. Saya bilang ya emang namanya begitu. Pak Purnama, Pak Purnama, apa kabar...," kata Mega yang disambut tawa kader dan undangan.

Memang hal ini dilakukan oleh Megawati untuk memperkenalkan Ahok sebagai kader baru partai PDI-P. Akan tetapi, terdapat kemungkinan bahwa Ahok dirangkul untuk bekerja bersama pemerintahan Jokowi karena track recordnya yang cukup gemilang sangat kuat apalagi pernah duet bersama Jokowi di DKI Jakarta.

Bukan hanya itu, PDI-P yang dinilai belum memiliki figur pengganti Jokowi harus bekerja keras untuk menyiapkan figur sekaliber Jokowi untuk partainya tetap eksis. 

Bagi penulis, saat ini hanyalah Ahok yang bisa menjawab standar kepemimpinan Jokowi. Siapa yang tahu, Megawati berani menunjuk Ahok untuk menjadi calon presiden?

Jadi, sebetulnya Ahok masih berkiprah di dunia politik dan ia bersedia menjadi pejabat jika dicalonkan dan dipilih oleh rakyat, ia bersedia menjadi menteri untuk bekerja bagi rakyat. Akan tetapi, ia tidak berharap, ia hanya bersedia jika diminta.

Masih percaya bahwa Karir Politik Ahok sudah selesai? Tunggu saja pembentukan kabinet dan Pilkada serentak 2020. Apakah Tjahaja Purnama kembali bersinar?

Mari kita menyimak!!!

Referensi: Satu; Dua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun