Sepertinya sulit untuk mempercayai kata-kata Ahok. Ya, begitulah!
Ahok adalah salah satu politisi yang sangat diidolakan di negeri ini. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak yang tidak menyukai mantan gubernur DKI Jakarta ini.
Ahok disukai karena integritas dan etos kerja serta beberapa terobosan barunya ketika menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Namun, panas setahun dihapus hujan sehari. Ahok harus rela menjalani hidup selama dua tahun di penjara sebelum masa jabatan gubernur selesai.
Masuknya Ahok ke dalam penjara menuai kontroversi. Pasalnya kasus penistaan agama yang menjeratnya dianggap bukan penistaan oleh beberapa tokoh agama Islam. Akan tetapi, kenyataan harus diterima oleh siapapun meskipun hal tersebut menyakitkan.
Ahok sakit hati? Ia. Baginya mustahil untuk melakukan penistaan agama Islam karena ia dibesarkan oleh keluarga muslim. Ahok menangis dan rela menerima hasil putusan pengadilan.
Meskipun luka itu sembuh, bekas akan tetap tertinggal.
Ketika ia keluar dari penjara, ia diharapkan kembali ke dunia politik. Bahkan, ada beberapa orang yang menginginkan dia untuk menjabat sebagai KPK atau menteri.
Akan tetapi, dalam acara penerimaan Rooseno Awards, Ahok menyampaikan bahwa ia tidak mungkin jadi menteri karena ia dicap sebagai penista agama. Bahkan, tak segan-segan ia mengatakan bahwa karir politiknya sudah tamat. Selain dicap sebagai penista agama, menurutnya kasus perceraian dan pernikahannya dikecam oleh beberapa orang.
"Saya sudah selesai karier politik saya sesungguhnya, saya katakan, Orang mayoritas beragama sudah mencap saya penista. Masyarakat kelas menengah, terutama ibu-ibu, marah karena urusan perceraian saya dan pernikahan saya, Saya tidak mungkin jadi menteri. Saya kan sudah cacat di Republik ini," kata Ahok.
Meski kata-katanya sangat meyakinkan, penulis menilai bahwa kata-katanya perlu dimaknai lebih mendalam.