Meski cerita "Moa Hitu" sebatas dongeng, peninggalannya berupa bekas kaki membuat masyarakat Dawan percaya bahwa dialah yang memikul bumi.
Masyarakat Dawan percaya bahwa dia memiliki kekuatan yang luar biasa. Selain memikul bumi, ia juga menjunjung langit.
"Moa Hitu" memikul bumi di bahu sebelahnya dan secara bergantian jika bahu yang lain sudah lelah. Inilah yang mengakibatkan terjadinya "Nain Nun" atau gempa bumi.
Hal ini merupakan tanda "Moa Hitu" mencari tahu tentang keberadaan penghuni bumi sehingga ketika gempa bumi terjadi, orang-orang khususnya kaum pria berteriak keras sahut menyahut atau yang dikenal dengan "Hunu" oleh orang Timor.
Tujuannya adalah "Moa Hitu" mendengar bahwa masih ada yang menghuni bumi sehingga "Moa Hitu" jangan menghancurkan bumi dengan kekuatannya.
Hal ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat Dawan. Tak heran jika berkunjung ke Timor khususnya di kampung-kampung, kita akan menemui para pria berteriak sahut menyahut pada saat terjadi gempa bumi.
Menarik, karena sudah menjadi kebiasaan, gempa bumi yang goncangannya sekecil apapun terjadi pada malam hari dimana semua orang tidur terlelap, para pria yang tidur terlelap pun akan sadar dan langsung berteriak sahut menyahut sehingga orang-orang yang tidur terlelap akan sadar dan melindungi diri.
Meski hal tersebut dilakukan karena kepercayaan terhadap sebuah mitos tetapi cara ini dinilai sebagai alarm yang menguntungkan karena masyarakat Dawan sudah tahu bahwa jika ada teriakan sahut menyahut maka sedang terjadi gempa bumi.Â
Tanpa berpikir panjang, mereka bergegas menyelamatkan diri dari dalam rumah dan sebagainya.
Jadi, teriakan orang Timor adalah untuk mencegah kehancuran bumi oleh "Moa Hitu" sekaligus alarm untuk menyelamatkan diri.Â
Daerah lain boleh mencoba hal tersebut.