20 Tahun memimpin PDI-P, Megawati tak pernah digantikan oleh siapapun. Bahkan, Megawati akan dipilih secara musyawarah tanpa voting untuk kembali memimpin PDI-P di Kongres V yang akan dilaksanakan Agustus ini. Mengapa?
Kongres ke V PDI-P akan diselenggarakan di Hotel Inna Grand Bali Beach pada 8-11 Agustus 2019. Salah satu agenda dalam kongres tersebut adalah pemilihan ketua umum partai.
Menurut Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto, Megawati akan kembali memimpin partainya. Dikatakan sudah ada kesepakatan sebelumnya untuk memilih kembali Megawati sehingga mekanisme pemilihan hanya dilakukan melalui musyawarah tanpa voting.
"Berdasarkan Rakernas IV dan berdasarkan aspirasi dari bawah di konfercab (konferensi cabang), mereka memohon Ibu Megawati untuk bersedia menjadi ketua umum kembali,"Â ujar Hasto saat konferensi pers soal Kongres V PDI-P yang akan dihelat 8-11 Agustus 2019 di Kantor DPP PDI-P, Jakarta Pusat, Kamis (1/8/2019).
Meski dinilai tidak mencerminkan ideologi partai yaitu demokrasi, PDI-P memiliki alasan yang kuat mengapa Megawati harus kembali memimpin.Â
Jika Megawati terpilih lagi sebagai ketua umum maka Megawati tercatat sebagai ketua umum parpol terlama di Indonesia. Sejak terpilih pada tahun 1999, tidak ada yang menggantikan posisi putri presiden pertama ini.
Ada beberapa nama yang menjabat sebagai ketua umum parpol cukup lama seperti Yusril Ihza Mahendra dan Cak Imin tetapi dibeberapa periode, mereka sempat diganti oleh orang lain. Sedangkan Megawati tidak pernah memberikan kesempatan kepada orang lain sejak ia menjabat.
Banyak yang berpikir dan menduga bahwa era Megawati sudah berakhir dan saatnya ada regenerasi kepemimpinan di tubuh PDI-P. Mengingat usia Megawati yang sudah tua dan membutuhkan waktu untuk beristirahat dan pentingnya regenerasi dalam tubuh partai. Selain itu, beberapa kader PDI-P seperti Jokowi pun bisa menggantikan posisi Megawati.
Akan tetapi, dugaan tersebut nampaknya mustahil ketika Megawati Soekarnoputri disebut akan memimpin bahkan akan dipilih melalui musyawarah tanpa voting.
Mengapa Megawati Harus Kembali Memimpin?
Hak Mutlak Megawati Masih Dibutuhkan
Menurut Hasto Kristiyanto, Kepemimpinan yang visioner dan mementingkan kepentingan umum adalah alasan kader-kader PDI-P ingin Megawati kembali memimpin.
Bagi PDI-P, lima tahun kedepan (2019-2024) adalah waktu penting untuk semua partai politik. Untuk itu, kepemimpinan partai tidak dapat dilihat sebelah mata.
"Karena kesadaran organisasi partai menempatkan Bu Mega pada peran yang strategis dan ini satu kesatuan kepemimpinan di dalam kepemimpinan ideologis,"Â kata Hasto.
Ya, banyak yang menilai kejayaan PDI-P akan runtuh bersamaan dengan berakhirnya era Jokowi pada tahun 2024. Publik menilai belum ada kader PDI-P yang bisa menggantikan posisi Jokowi kecuali Ahok. Akan tetapi, sepertinya Ahok tidak berminat lagi untuk berkarir di politik.
Oleh karena itu, kepemimpinan Megawati masih sangat diperlukan untuk menghadapi pilpres 2024. Saya teringat dengan pro kontra pencalonan Jokowi sebagai presiden pada tahun 2014. Banyak yang menilai Jokowi belum bisa memimpin Indonesia. Akan tetapi, Megawati berani menunjuknya untuk masuk sebagai calon presiden dari PDI-P.
Keputusan mutlak Megawati sebagai ketua umum pada saat itu tidak sia-sia. Buktinya, PDI-P akan berjaya 10 tahun di Indonesia.
Berkaca dari moment tersebut, kader-kader PDI-P menyadari bahwa, memilih yang terbaik dari yang terbaik atau memilih yang terbaik dari yang terburuk memang susah dan beresiko. Oleh karena itu, PDI-P masih membutuhkan hak mutlak Megawati sehingga regenerasi kepemimpinan untuk saat ini belum tepat.
Politik Dinasti
Sampai dengan saat ini, tidak ada nama lain yang disebut sebagai pengganti Megawati nanti. Memang Jokowi disebut bisa memimpin PDI-P tetapi putra putri Megawati lebih mendominasi.
Puan Maharani dan Prananda Prabowo rupanya sudah disiapkan oleh ibunya untuk menggantikan posisinya. Puan yang sudah pernah menduduki parlemen dan kursi menteri bahkan tahun ini memiliki peluang untuk memimpin Parlemen adalah buah kerja keras ibunya untuk melatih kepemimpinannya di dunia politik.
Baca:Â Kemungkinan Pimpin Parlemen, Puan Maharani Disebut "The Next Megawati"
Prananda Prabowo walaupun tidak menjabat apapun, keaktifan di partai politik sungguh mengagumkan. Sejumlah kaum Marhaen, menganggapnya sebagai salah satu pewaris trah Soekarno karena seringkali menjadi konseptor pidato Megawati termasuk pidato di Kongres III.Â
Bahkan, Jokowi tidak ragu untuk memujinya: "Prananda punya potensi besar. Cara pengorganisasiannya detail. Orangnya memang tak menonjol, tetapi dekat dengan siapapun"
Menurut Peneliti Senior dari Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) J Kristiadi, kepemimpinan kharismatik Megawati tidak bisa ditularkan dengan cepat kepada dua orang anaknya. Kharisma Megawati belum mengalir deras dalam diri mereka saat ini.
"Tidak mungkin, tidak mungkin yang sangat kharismatik ini ditularkan dengan cepat. Itu tidak mungkin,"Â ujar Kristiadi dalam diskusi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (2/8).
Oleh karena itu, regenerasi kepemimpinan saat ini tidak tepat untuk Puan Maharani dan Prananda Prabowo.
Mungkin 5 tahun kedepan adalah masa persiapan kedua anaknya untuk salah satu memimpin partai yang dirintis sejak tahun 1973.
Menarik, apa yang akan terjadi selanjutnya?
Mari kita menyimak.
Salam!!!
Referensi: Satu; Dua; Tiga; Empat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H