Ibarat dalam tim sepakbola, Amien Rais, Eggi Sudjana, Kivlan Zein dan lainnya bertindak sebagai pemain andalan. Rupanya, khusus ketiga nama yang saya sebutkan di atas adalah striker-striker yang diandalkan untuk membongkar pertahanan lawan politik. Sedangkan mantan Komandan Kopassus ini bertindak sebagai pelatih yang lebih banyak mengamati.
Amien Rais, Eggi Sudjana dan Kivlan Zein memang memiliki pengalaman dan kekuatan tersendiri yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
Akan tetapi, lawan politik memiliki tim yang kuat. Jokowi yang bertindak sebagai pelatih memanfaatkan posisi kepresidenannya dengan menempatkan bek-bek tangguh yang susah ditembus oleh bomber kubu Prabowo-Sandi.
Kepolisian Republik Indonesia yang bertindak sebagai wasit melihat permainan kedua tim tersebut di injury time sangat berbahaya. Tim dari kubu Prabowo-Sandi yang dipimpin oleh Amien Rais lebih banyak memainkan gaya permainan yang keras.
Akibatnya, wasit tak tanggung-tanggung memberikan kartu merah kepada Eggi Sudjana dan Kivlan Zein. Bahkan, kartu kuning kepada Amien Rais.
Baca: Eggi Sudjana Tersangka, People Power Tamat, Tarik Ulur Politik Berlanjut
Hal ini membuat strategi permainan kubu Prabowo-Sandi berubah dan memainkan sepakbola normal.
Pertandingan terus berlanjut, babak yang paling banyak diharapkan adalah babak sengketa di Mahkamah Konstitusi. Prabowo Subianto kini tidak mengandalkan Amien Rais dkk yang sudah memperoleh kartu merah dan kuning.
Kubu Prabowo-Sandi memasukan Bambang Widjojanto dkk untuk membongkar pertahanan lawan politik. Bambang Widjojanto dkk memainkan gaya permainan Counter Pressing dan Jogo Bonito untuk memenangkan pertandingan ini.
Akan tetapi, lawan yang menerapkan permainan total football dan Kick and Rush mematikan strategi mereka dan tidak efektif sama sekali.
Baca:Â "Counter Pressing dan Jogo Bonito" Tim Kuasa Hukum Prabowo-Sandi yang tidak efektif