Bukan hanya itu, Faisal dikenal sebagai bos sabu-sabu Indonesia yang sangat kaya raya berasal dari Aceh. Bahkan, aset-aset Narkobanya di Malaysia cukup besar.
Baca selengkapnya: Inilah Fakta Ngeri 5 Raja Narkoba Terbesar di Indonesia
Bagaimana tidak seperti itu, harga narkoba mencapai miliaran rupiah. Bahkan, ukuran gram pun dinilai dengan harga yang cukup tinggi. Kebutuhan pasar yang semakin meningkat menuntut beberapa orang untuk terjun dalam bisnis gelap ini.
Dari data 2017, BNN menyebutkan, kebutuhan ganja per tahun mencapai 158 ton, 219 ton sabu, ekstasi 14 juta butir yang dihargai dengan Rp1,2 Juta per gram.
Berdasarkan data Havoscope tahun 2018, sabu-sabu dibanderol paling mahal dari jenis yang lain. Harga satu gramnya sekitar US$203 atau setara dengan Rp2,5 juta, lebih tinggi lima kali lipat dari harga penjualan di Tiongkok.
Oleh karena itu, Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Filipina untuk perdagangan gelap terbanyak dari 6 negara ASEAN. Untuk bisnis narkoba menempati posisi ketiga transaksi terbesar setelah pembajakan dalam pasar gelap Indonesia yang mencapai US$4 miliar per tahun atau 23,05 persen dari total nilai pasar gelap Tanah Air.
Meski menguntungkan pihak penjual, Narkoba diklaim merugikan negara secara ekonomi. Menurut data dan hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Puslitkes UI pada 2017 menyebutkan bahwa jumlah kerugian ekonomi maupun sosial karena penyalahgunaan narkoba mencapai Rp 84,7 triliun. Sebagian besar atau 90% diperuntukan untuk biaya kematian karena narkoba (premature death).
Akan tetapi, bagi mereka kerugian negara bukan urusan mereka yang penting kenikmatan saat ini. Uang mengalahkan segalanya, bahaya narkoba yang mengerikan tidak mampu membuat mereka yang gila uang ini untuk melepas bisnis gelap ini.