Cermati pernyataan Surya Paloh di bawah ini!
"Jadi sekali lagi saya katakan, kalau ada yang menanyakan Jokowi kader partai mana, nomor satu Nasdem. Jangan pernah ragu-ragu kalau bicara stempel partai. Kita stempel partainya, partai Nasdem. Nyatakan Jokowi adalah kader partai Nasdem," kata Surya Paloh dalam pembukaan sekolah legislatif partai NasDem, di bilangan Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (16/7/2019).
Simak juga pernyataan Junimart Girsang di bawah ini:
"Semua pemain politik ini harus paham Pak Jokowi itu kader PDIP. Aneh-aneh saja dia bikin statement." Kata Ketua DPP PDI Perjuangan Junimart Girsang (18/03/18).
Pada tahun 2018, PDIP diterpa kabar buruk akibat tudingan Wakil Sekjen Partai Demokrat, Rachland Nasidik bahwa hubungan PDIP dengan Jokowi sedikit renggang.
Motif tuduhan Rachland Nashidik adalah Jokowi terjun ke dunia politik pada saat menjadi Walikota Solo bukan karena dia adalah kader partai tetapi hanya pimpinan organisasi mebel. Bahkan pikiran untuk terjun ke dunia politik tidak pernah ada dalam benak Jokowi.
Pernyataan Junimart Girsang merupakan bantahan atas tudingan Wasekjen Partai Demokrat sekaligus peringatan kepada seluruh politisi bahwa mereka harus tahu bahwa Pak Jokowi adalah kader PDIP. Artinya jangan pernah ada yang mengatakan bahwa dia bukan kader PDIP atau kader partai yang lain.
Menarik, pernyataan Junimart Girsang dilupakan oleh Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh. Ia mengklaim Jokowi adalah kader partainya. Bahkan, tidak ragu-ragu ia menegaskan bahwa Jokowi sebagai kader Partai NasDem adalah nomor satu artinya yang lain nomor dua.
Mungkinkah Junimart Girsang marah lagi ataukah kader PDIP yang lain?
Kemarahan Junimart Girsang pada tahun lalu dikarenakan Wasekjen Demokrat, Rachland Nashidik mengatakan bahwa Jokowi dan Megawati sedang mengalami konflik internal. ia bahkan tidak ragu-ragu mengatakan bahwa hubungan PDIP dengan Jokowi sedang renggang.
Nah, untuk pernyataan Surya Paloh belum ada tanggapan langsung dari Junimart Girsang tetapi Sekretaris Bidang Pendidikan dan Pelatihan DPP PDIP, Eva Kusuma Sundari sudah menanggapi hal ini.
Dengan bangga ia mengatakan bahwa memang wajar Surya Paloh mengklaim Jokowi sebagai kadernya karena kualitas kader PDIP demikian. Sudah teruji kualitasnya.
"Kalau memang Pak Surya Paloh juga ngakui beliau kader NasDem, berarti kan overqualified kader-kader PDIP juga banyak yang mau dipakai partai yang lain. Jadi PDIP sih malah bangga kalau banyak orang yang ngakuin Pak Jokowi sebagai kader dengan berbagai motivasinya ya, Jadi tampaknya Pak Surya Paloh pengin agar supaya kader-kader NasDem seperti kader PDIP yang sukses. Aku sih positif saja melihatnya." ucap Sekretaris Bidang Pendidikan dan Pelatihan DPP PDIP Eva Kusuma Sundari.
Antara pernyataan bangga, sombong dan lupa.
Di akhir tahun 2018, SETARA Institute mencatat PDIP sebagai partai dengan kader OTT terbanyak dimana dari  19 kepala daerah, sebanyak 7 orang berasal dari PDIP.
"Jika merujuk data, kader-kader PDIP justru yang menduduki peringkat pertama terjaring OTT KPK," ujar Hendardi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (20/12/2018).
Bahkan di tahun 2019, Bupati Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, Supian Hadi memecahkan rekor korupsi di Indonesia. KPK menyebut kerugian negara akibat korupsi yang dilakukannya mencapai Rp5,8 triliun dimana jauh lebih besar dari BLBI yang hanya Rp4,5 triliun.
Bagi penulis, pernyataan Eva Kusuma Sundari sangat angkuh dan menipu diri sendiri. Ia mengatakan kader-kader PDIP sudah teruji kualitasnya. Artinya bahwa semua kader PDIP memiliki kualitas yang bagus tapi realitanya kader PDIP pimpin OTT dan memecah rekor korupsi di Indonesia.
Dia bahkan mengatakan bahwa kader-kader Partai NasDem mungkin mau belajar dari kader PDIP. Bukannya, PDIP yang seharusnya belajar dari NasDem? Toh jumlah kader yang terlibat korupsi dan OTT jauh lebih sedikit.
Mengapa Eva tidak mengatakan seperti Ketua DPP PDIP, Hendrawan Supratikno yang lebih netral dan tahu diri. Pernyataannya lebih berfokus pada pribadi Jokowi yang jadi teladan.
"Bang Surya itu seorang negarawan. Definisi kader bagi Bang Surya adalah mereka yang visi dan garis perjuangannya sejalan dengan NasDem. Itu tidak salah. Jadi bukan soal KTA atau jabatan struktural dalam suatu partai. Mungkin dengan pernyataan tersebut kader-kader Partai NasDem akan lebih percaya diri," kata Hendrawan
Dia tidak melihat pada partainya tetapi ia melihat pada sosok Jokowi yang menjadi teladan dan NasDem sebagai salah partai yang mendukung Jokowi selama dua periode berturut-turut yang patut dibanggakan dan membuat mereka lebih percaya diri karena mendukung figur yang hebat.
Jokowi dilahirkan oleh Asmindo dan dibesarkan oleh PDIP
Mulanya Jokowi adalah seorang pengusaha mebel atau lebih akrab dengan tukang kayu. Pada tahun 90-an adalah masa kejayaan Jokowi di dunia bisnis, peruntungan di usaha mebel sangat baik sehingga Jokowi berada di zona aman karena ekspor stabil, kebutuhan di Solo dan kota-kota di Jawa stabil.
Melihat beberapa pengrajin kayu yang masih susah di kampung-kampung, pada tahun 2002 Jokowi memprakarsai Asmindo yang menaungi seluruh pengrajin kayu atau mebel di Indonesia. Kota Solo sendiri lebih dari 140 pengusaha mebel dan kerajinan.
Akhirnya, kiprahnya di dunia mebel yang menolong banyak pengrajin mengantarnya sebagai salah satu kandidat kuat Calon Walikota Solo pada tahun 2004. Meski tidak bukan anggota partai, pengaruhnya di Kota Solo menjadi daya tarik tersendiri bagi partai-partai politik.
Pada saat itu, PDIP lah yang mengambil keputusan tepat dan menggaet mantan gubernur DKI Jakarta ini. Dari situlah Jokowi hidup di dunia partai politik.
Jadi, Jokowi dibesarkan oleh PDIP tetapi dilahirkan oleh Asmindo. Naluri kebijaksanaan, ketulusan dan kejujuran sudah ada sebelum Asmindo terbentuk dan Asmindolah yang mengasahnya.
Mungkinkah pernyataan Surya Paloh merujuk pada Jokowi dilahirkan dari organisasi seperti NasDem yang lahir dari organisasi? Tidak.
Bagi penulis, maksud Surya Paloh adalah Jokowi bisa juga dikatakan sebagai kader NasDem karena ia dilahirkan oleh Asmindo dan PDIP hanya membesarkan dan NasDem pun ikut berkontribusi sebanyak dua kali yaitu Pilpres 2014 dan 2019.
Selain itu, pernyataan Surya Paloh sebagai bentuk terima kasih kepada Jokowi karena kesuksesan Partai NasDem tidak terlepas dari pengaruh Jokowi.
Ataukah mungkin sesuai dengan klarifikasi Surya Paloh sendiri bahwa pernyataan tersebut merujuk pada posisi kepala pemerintahan yang menjadi milik bersama?
Terlepas dari semua hal di atas, Pernyataan Surya Paloh jangan dipermasalahkan. Lebih baiknya partai-partai politik belajar untuk membimbing dan menyiapkan kader yang berkualitas sehingga jangan menjadi partai politik yang melahirkan koruptor.
Salam!!!
Mauleum, 17 Juli 2018
Neno Anderias Salukh
Referensi: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam, Tujuh, Delapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H