Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menjadikan ASEAN "Tong Sampah", Kanada Cari Gara-Gara

16 Juni 2019   04:32 Diperbarui: 16 Juni 2019   16:44 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sampah Plastik/kompas.com

Kanada sedang melakukan tindakan "Perang" yang harus dikecam dan ditolak oleh ASEAN.

Perang tidak selamanya identik dengan senjata, pedang dan nuklir tetapi perang juga dapat dilakukan dengan kata-kata dan lain sebagainya. Misalnya perang ekonomi AS dan Iran yang memanas hingga saat ini.

Menurut Wikipedia Indonesia, Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih kelompok manusia untuk melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan.

Perang biasanya menguntungkan pihak yang dianggap sebagai penyebab karena terlebih dahulu melakukan sesuatu yang merugikan pihak lawan dan menguntungkan dirinya sendiri.

Inilah yang sedang dilakukan oleh Kanada kepada negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. "Kanada mencari gara-gara", inilah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kelakuan negara paling utara di Amerika Utara.

Ya, Mei 2019 lalu, Duterte geram dengan kelakuan negara bekas jajahan Inggris ini. Sekitar 100 kontener sampah plastik di kirim dari Kanada ke Filipina sejak tahun 2013 dan 2014. Namun, Filipina belum mengembalikannya karena sempat terjadi persitegangan antara kedua negara ini.

Bukan hanya Filipina, Malaysia pun menjadi korban pengiriman sampah oleh negara ini. Sebanyak 3000 ton sampah yang diperoleh Malaysia dari beberapa negara termasuk Kanada. Namun, belum ada konfirmasi dari Kanada soal pemulangan sampah di Negeri Jiran.

Negara yang bersemboyan Dari Laut ke Laut ini bersitegang dan terjadi pergesekan diplomatis karena kecaman dari negara-negara Asia Tenggara yang menolak secara tegas menjadikan Asia Tenggara sebagai tempat pembuangan sampah.

Sabtu, 15 Juni 2019, Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang berani mengembalikan 5 kontener sampah yang dikirim oleh Kanada. Beberapa kontener di pelabuhan-pelabuhan akan dikaji apakah isinya berupa sampah atau tidak.

Kronologi pengiriman sampah ke Asia Tenggara adalah memanfaatkan perusahaan mereka yang sedang beroperasi di Indonesia dan pengiriman barang yang digabungkan dengan sampah.

Contohnya di Indonesia, kesepakatan pengiriman barang adalah kertas tetapi setelah dikaji dan diperiksa ternyata kertas-kertas di dalam kontener tersebut dicampur dengan botol plastik dan popok.

Di Filipina, kontener yang berisi sampah ditulis 'Sampah Daur Ulang' tetapi buktinya dalam kontener tersebut berisi sampah-sampah plastik berupa botol dan popok. Selain itu, koran-koran bekas pun diselipkan dalam kontener tersebut.

Mengapa Kanada Melakukan Hal Ini?

Kanada tidak ingin ekosistemnya rusak. Kanada sudah mulai menerapkan pembatasan penggunaan plastik dan larangan ini akan ditetapkan secara resmi pada tahun 2021.

Tujuannya adalah menjaga, melindungi dan menyelamatkan ekosistem di negara tersebut yang rusak akibat pencemaran sampah plastik.

Limbah plastik berakhir di tempat pembuangan sampah dan mengotori taman dan pantai kami, mencemari sungai, danau, dan lautan kami, menjerat dan membunuh ikan, kura-kura, serta mamalia laut lainnya," ujar Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau pada senin (10/6/2019).

Kanada sepertinya kalang kabut karena akibat sampah. Data yang dipegang oleh pemerintah mereka saat ini, setiap tahun 1 juta burung dan lebih dari 100.000 mamalia laut di seluruh dunia terluka bahkan mati ketika mereka mengira plastik sebagai makanan.

Pemerintah Kanada memiliki tujuan mulia untuk dicapai tetapi menggunakan metode-metode yang menyakiti orang lain. Mengurangi sampah tak selamanya harus dikirim ke negara lain dengan cara menipu.

Cara-cara seperti ini mengundang bebas tafsir. Apakah Kanada ingin menghancurkan ekosistem Asia Tenggara khususnya Indonesia yang terkenal dengan kekayaan lautnya? Bisa saja. Ketika ekosistem kita rusak dan kekayaan alam kita habis kita akan berada dibawah bayang-bayang mereka.

Cara Kanada pun dapat berarti perendahan martabat negara. Asia Tenggara seolah-olah menjadi tempat pembuangan sampah di dunia. Bisa saja, hal ini sedang dipikirkan oleh negara lain seperti AS, Jepang, Prancis, Australia, dan Inggris yang sudah mengirimkan sampah kepada Malaysia.

Ini sangat berbahaya dan ini perang yang tidak disadari. Asean harus cepat bertindak, menolak dengan keras dan segera mengembalikan sampah-sampah itu. Asean tidak perlu takut, bersatu melawan negara-negara maju ini.

Jika tidak, kita diibaratkan seperti tong sampah yang terus-menerus menampung sampah. Ekosistem yang sedang dijaga akan hancur dan pada akhirnya kita gigit jari.

Salam!!!
Referensi: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam, Tujuh, Delapan, Sembilan, Sepuluh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun