Akibatnya, Dokter Lee harus rela diskorsing oleh pemerintah Australia. Ternyata, sebelumnya Dokter Lee membuat kesalahan yang sama termasuk melanggar beberapa profesionalisme dokter sehingga ia menjalani skorsing selama enam pekan sejak April 2019 dan berakhir pada tanggal 11 Juni 2019.
Namun karena dinilai oleh Badan Regulasi Praktisi Kesehatan Australia (AHPRA) sebagai sebuah kesalahan yang tidak tepat dalam dunia medis sehingga untuk menjaga kepercayaan publik pada dunia medis, Dokter Lee harus menjalani perpanjangan masa skorsing.
Pada tahun 2018, Dokter Lee pernah melakukan tindakan akses rekam medis pasien sebanyak 21 kali tanpa sepengetahuan, seizin dan kebutuhan klinis.
Dokter Lee merupakan alumni dari salah satu Universitas ternama di Australia, University of Melbourne. Karir pertamanya dalam dunia medis adalah bekerja di sebuah Rumah Sakit di Kota Traralgon sekaligus dengan Rumah Sakit Royal Hobart Hospital.
Setelah itu, ia berpindah ke salah satu Rumah Sakit terbesar di Kota Melbourne yang merupakan bagian dari Eastern Realth, Box Hill Hospital.
Uniknya, Dokter asal Singapura tersebut mengaku bahwa ia adalah seorang dokter kampung. Pengakuan seperti ini mengundang banyak pertanyaan. Mungkin dokter Lee hanya ingin mencari sensasi atau ingin mendapatkan bantuan untuk diri sendiri karena pengakuannya bertolak belakang dengan tempat kerjanya saat ini.
Ataukah pengakuan Dokter Lee mengandung unsur merendahkan orang Australia khususnya Kota Melan? Penulis pun tidak tahu.
Kita kembali pada kata-kata dokter ini. Secara hukum, Dokter Lee melanggar hukum kesetaraan gender. Tak heran, selain diskorsing banyak kalangan yang terus mengecam Pria berumur 31 tahun ini.
Salah satu kecaman dari Ketua Australian Medical Association (AMA) di Victoria, Dr Julian Rait, mengatakan sikap yang membenarkan kekerasan terhadap perempuan "tidak mendapat tempat dalam profesi medis".
Artinya, bahwa terdapat kemungkinan Dokter yang bekerja di Box Hill Hospital sejak tahun 2012 dipecat oleh lembaga yang memiliki kewenangan hukum.
Pelajaran bagi kita
Menggunakan media sosial untuk komunikasi yang sehat dan menjaga setiap kata yang keluar dari mulut kita. Candaan yang berlebihan harus dihindari karena banyak candaan yang yang tanpa sadar menyakiti hati orang lain dan bisa menjadi malapetaka bagi diri kita sendiri.