Mengetahui hal tersebut, otak licik pria pemimpin Partai Sosialis ini mulai melakukan politik Nepotisme. Mengangkat anggota politiknya menduduki kursi Mahkamah Agung sehingga membatalkan Undang-Undang Parlemen Venezuela.
Akibatnya, terjadi sebuah kebuntuan politik di negara berpenduduk 30 juta jiwa ini. Aksi demonstrasi menuntut pria 56 tahun ini untuk mundur dari presiden terus menerus dilakukan. Akan tetapi, perjuangan demi perjuangan hanya tinggal kenangan.
Disamping itu, Maduro tidak menghiraukan para demonstran tersebut. Dalam pemikirannya, ia ingin tetap berkuasa di Venezuela sebagai seorang Presiden. Ditandai dengan mengadakan pemilu sela pada tahun 2017 dan menuntut Mahkamah Konstitusi Venezuela untuk menulis ulang konstitusi negara dengan sumber minyak bumi terbesar di dunia ini.
Keputusan dan tindakan Maduro menuai kekacauan. Situasi di Venezuela di mana ribuan warga anti-Maduro berdemo memprotes pemungutan suara yang tetap digelar pemerintah. Demonstrasi besar-besaran di seluruh penjuru negeri, yang diwarnai kekerasan.
Hal tersebut pun membuat kondisi warga Venezuela semakin terjerat dalam krisis ekonomi. Menurut laporan Tempo, anak-anak dititipkan pada orang lain bahkan dibuang. Melahirkan pun harus keluar dari Venezuela.
Selain itu, air bersih pun menjadi barang termahal, makanan didapatkan disela-sela sampah, hewan di kebun binatang ditangkap untuk disantap, harga satu ekor ayam adalah 14 juta, Kantor LSM berubah jadi kandang ternak sapi, beberapa perempuan yang rela melacur hanya untuk sesuap nasi.
Menyedihkan, kata yang tidak cukup untuk menggambarkan penderitaan negara ini karena negara yang dilanda perang pun tak mengalami kondisi seperti ini.
Akibatnya, berdasarkan laporan PBB, 3,3 Juta jiwa yang keluar dari Venezuela akibat krisis yang sangat sadis. Negara-negara yang menampung penduduk Venezuela yang keluar adalah Kolombia, Peru, Ekuador dan Chili karena rasa kemanusiaan.
Sedihnya, negara yang sedang mengalami krisis ekonomi yang luar biasa ini, negara-negara besar seperti Rusia dan Amerika serta Eropa lainnya berbeda pendapat dimana Rusia sendiri yang memihak pada Maduro.
Apa yang perlu diwaspadai Indonesia?
Pertanyaan yang konyol dari seorang penulis yang masih amburadul dalam menulis. Namun, bagaimana pun itu, hal ini haru disuarakan dan inilah salah satu cara saya bersuara.
Walaupun dampak krisis ekonomi Venezuela tidak akan dialami oleh Indonesia, Indonesia harus belajar dari pengalaman politik ambisi kekuasaan yang sedang dipraktekkan oleh pemerintahan Venezuela.