Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

"Manik Tuin Sufa", Musim Dingin di Timor Tengah

3 Juni 2019   05:49 Diperbarui: 20 Juni 2019   22:04 1625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keuntungan dari suhu dingin di daerah sekitar Mutis adalah pertanian. Sayur-sayuran di tanam dan dilepas begitu saja seolah-olah tidak membutuhkan air tetapi daerah ini mampu melayani beberapa pasar di pulau Timor.

Salah satu desa di lereng gunung Mutis merupakan desa penghasil wortel dan uniknya, wortelnya punya ukuran yang lebih besar dari wortel daerah lainnya. 

Saya membuktikan itu di salah satu pasar Inpres di Kupang. Saya tanya keliling para penjual wortel. Kebanyakan yang menjual wortel ukuran besar mengaku mendatangkannya dari lereng gunung Mutis.

Selain itu, daerah ini juga penghasil kol. Para pedagang kaki lima menyerbu setiap lahan untuk membeli dan membawanya keluar. Biasanya, selain pasar-pasar di Kota Kupang dan Soe, dibawa juga ke Kota Kefamenanu dan Atambua.

Mungkin ada yang pernah mendengar tentang jeruk, avokat dan apel Soe. Dinamakan Jeruk, Avokat dan Apel Soe karena memang Soe dikenal karena buah-buahan ini. Itulah mengapa ketika saya kuliah di Kupang dan pulang berlibur, oleh-oleh yang diminta oleh teman-teman adalah apel, jeruk dan avokat.

Akan tetapi, kini hanya tinggal nama tetapi jangan menyesal kalau belum mencoba buah-buahan ini. Daerah sekitar Mutis masih memiliki buah-buahan ini terlebih jeruk yang sangat banyak. Jeruk ini dikenal dengan jeruk Kapan. Kapan adalah ibukota Kecamatan Mollo Utara.

Harus diakui bahwa daerah di sekitar pegunungan Mutis adalah daerah tersubur di Pulau Timor karena suhunya yang begitu rendah.

Salam!

Sumber: Wikipedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun