Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jalan Panjang Mencari Air di Desa Mauleum, NTT (Bagian 1)

29 Mei 2019   06:58 Diperbarui: 17 Juli 2019   09:18 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usaha lainnya adalah mengalirkan sebuah mata air yang biasanya bertahan ketika musim kemarau. Namun, sampai dengan saat ini belum terealisasi karena mata air tersebut pernah dimanfaatkan oleh PLAN Indonesia untuk dialirkan ke perumahan masyarakat tetapi pipa penyalur dipotong dan dihancurkan oleh oknum yang tak dikenal.

Hal ini menjadi ketakutan tersendiri bagi LSM yang membantu karena mereka tidak ingin hal yang sama terjadi lagi.

Untuk mendapatkan air bersih melalui pembuatan sumur bor, masyarakat membutuhkan mukjizat. Jika air tidak ditemukan maka dipastikan penderitaan masyarakat akan terus berlanjut.

Pembelian air sudah mulai dilakukan. Biasanya Oktober (Puncak Kemarau), mobil penjual air tidak mampu melayani semua masyarakat dalam sehari. 

Di suatu waktu, pada tahun 2011, berdasarkan cerita dari seorang warga di desa ini bahwa puluhan ekor ternaknya mati kehausan.

Kekurangan air bersih di desa ini menjadi momok bagi kemajuan pertanian dan peternakan. Pengembangan pertanian sulit dilakukan karena ketersediaan air masih sangat minim dan tidak ada untuk beberapa tempat.

Mauleum, Amanuban Timur, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT

Mauleum, 29 Mei 2019

Neno Anderias Salukh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun