Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dewi Tanjung, Si Cantik Penjinak People Power

17 Mei 2019   00:35 Diperbarui: 21 Mei 2019   19:47 6540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dewi Tanjung/detik.com

Seruan People Power mengakibatkan pro-kontra. Perang kata-kata antar politisi semakin memanas. Berbeda dengan Dewi Tanjung, ia menyiapkan strategi khusus untuk menjinakkan para lawan politiknya.

People Power berawal dari orasi yang dilakukan oleh Amien Rais saat acara Aksi 313 di depan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 31 Maret 2019 lalu. Aksi dilakukan oleh Forum Umat Islam (FUI) untuk mengawal proses pemilu. Terkait Aksi 313 ini, dilakukan karena ada dugaan kecurangan yang dilakukan secara terstruktur, sistematis, masif dan brutal.

Sejak penetapan pencalonan presiden dan wakil presiden, hasil survei dari beberapa lembaga survei selalu menampilkan hasil yang sama dimana Jokowi-Ma'aruf unggul atas Prabowo-Sandi sehingga dugaan oleh kubu Prabowo-Sandi semakin kuat.

Berdasarkan berita di Tribunnews, Dalam aksi tersebut, Amin Rais mengatakan bahwa ia berharap Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) bekerja secara jujur dan profesional karena jika tim BPN mendapatkan kecurangan yang terstruktur, sistematis dan masif maka mereka akan melakukan People Power.

"Kami anak-anak bangsa yang peduli pada demokrasi, peduli pada tegaknya kebenaran, hal yang fundamental. Dan kami meminta supaya KPU, Disdukcapil, Mendagri bekerja sebaik-baiknya. Kalau sampai tim kami bisa membuktikan ada kecurangan yang sistematis, terukur dan masif. Kami akan bertindak tidak perlu lagi kami datang ke MK. Kami menggerakkan rakyat (people power)," ujar Amin Rais di depan kantor KPU.

Seruan ini kemudian menjadi topik hangat yang terus diperbincangkan bahkan para tim pemenangan di pertemukan untuk membahas apa yang dimaksudkan dengan People Power.

Seruan People Power terus didengungkan pasca pemilu 2019. Eggi Sudjana dalam orasinya menanggapi hasil quick count yang menyatakan Jokowi-Ma'aruf unggul atas Prabowo-Sandi dua hari setelah pilpres.

Dalam orasinya, Eggi Sudjana direkam lalu videonya beredar di media sosial. Ia mengatakan bahwa jangan percaya pada lembaga survei, jika kemudian hasil akhir Prabowo-Sandi kalah maka harus dilakukan People Power sebagaimana yang dimaksudkan oleh Amin Rais.

Seruan itu diakibatkan oleh ketidakpuasan kubu BPN yang menganggap ada kecurangan yang dilakukan secara terstruktur, sistematis, masif dan brutal. Bagi mereka People Power sebagai solusi terakhir mereka untuk memenangkan Pilpres kali ini.

Bukan hanya Eggi, banyak politisi yang menyerukan aksi People Power seperti Kivlan Zen, Bachtiar Nasir lain sebagainya. Dalam beberapa acara Mata Najwa, People Power selalu menjadi topik yang dibahas.

Seruan People Power diibaratkan seperti meriam yang terus menerus menembak dengan ancaman keras. Sehingga menimbulkan pro dan kontra. Ada beberapa pengamat yang mengatakan bahwa People Power merupakan tindakan inkonstitusional.

Disisi lain, Dewi Tanjung menyiapkan strategi khusus untuk meredam seruan dan gerakan People Power ini. Dewi diam-diam mengumpulkan bukti dan data untuk melaporkan seruan gerakan People Power tersebut.

Alasannya adalah seruan People Power mengindikasikan ada usaha menghasut rakyat untuk tidak percaya pada pemilu dan pastinya melengserkan pemerintah yang sah. Kasus seperti ini dinamakan Makar. Dengan alasan demikian, Dewi melaporkan Eggi Sudjana sebagai pelaku tindakan makar kepada Polda Metro Jaya.

Kemudian Eggi Sudjana ditetapkan sebagai tersangka makar oleh Polda Metro Jaya. Eggi diduga melakukan tindakan makar dengan seruan penggunaan People Power untuk memenangkan Pilpres kali ini dengan cara tidak menerima hasil pemilu sebagai keputusan sah.

Setelah penetapan Eggi Sudjana sebagai tersangka, Dewi Tanjung pun melaporkan Kivlan Zen yang sempat memimpin demonstrasi di depan kantor Bawaslu. Kivlan Zen sedang dalam proses pemeriksaan.

Penetapan Eggi Sudjana sebagai tersangka membuat Amin Rais sepertinya takut dan menggantikan People Power dengan istilah kedaulatan rakyat agar jangan terindikasi makar. Prabowo dan Sandiaga juga tidak menyerukan People Power.

Sekarang bukan hanya Eggi Sudjana dan Kivlan Zen. Amin Rais, Habib Rizieq dan Bachtiar Nasir. Juga sudah dilaporkan oleh Dewi Tanjung kepada polisi terkait dengan dugaan Makar melalui seruan People Power.

Adapun alat buktinya adalah video yang berisi rekaman pidato. Video tersebut beredar via WhatsApp sehingga dipegang sebagai bukti kuat untuk melaporkan para politisi yang menyerukan aksi People Power.

Laporan Dewi Tanjung diterima dengan tuduhan pemufakatan jahat atau makar dan atau tindak pidana informasi dan transaksi elektronik Pasal 107 KUHP dan/atau Pasal 110 juncto Pasal 87 KUHP juncto Pasal 55 KUHP juncto Pasal 56 KUHP dan/atau pasal 15, 16 UU RI Nomor 1 Tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana dan/atau pasal 28 ayat 2 juncto Pasal 45 ayat 2 UU RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU RI Nomor 10 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Dewi Tanjung adalah seorang caleg perempuan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Nomor urut 6 pada daerah pemilihan Jawa Barat V (Bogor). Perempuan kelahiran Padang 39 tahun silam, bersahabat dengan Eggi Sudjana sebagai aktivis 98. Ia juga seorang pemain sinetron sebelum terjun ke dunia politik.

Caleg cantik ini berbeda dengan politisi yang lain. Mereka sibuk perang kata-kata bahkan ada yang berperang sajak sedangkan ia menyediakan strategi khusus untuk membuat lawan politik mereka mati kutu.

Jika Adian Napitupulu dipersiapkan untuk beradu argumentasi dengan para lawan politik, Dewi Tanjung dipersiapkan mengumpulkan data dan bukti untuk menjinakkan Amin Rais dkk.

Terbukti, Dewi Tanjung benar-benar menjinakkan seruan People Power.

Salam!

Referensi: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam, Tujuh, Delapan, Sembilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun