Namun, ia berpikir bahwa tragedi ini adalah bagian dari kehidupan. "Saya tidak boleh larut dalam keadaan ini karena hidup ini masih panjang" kata om hanis sembari menguyah siri pinangnya.
***
Ia memulai kembali bisnisnya. Namun, kali ini di tempat yang berbeda. Ia membuka tiga lapak sembako di Pasar Inpres Naikoten (Kupang). Dalam bisnisnya ini, ia kembali pada kejayaannya waktu di Timor Leste.
Seiring berjalannya waktu, ia harus mengakui bahwa dalam prinsip ekonomi anda harus berani untuk ataupun rugi. "Saya akhirnya mengalami masalah dalam dagangan ini dan saya harus dipolisikan" katanya sambil tertawa.
***
Ia memutuskan untuk berhenti berdagang dan ingin bertani. Mengingat mereka memiliki tanah yang cukup luas di kampung.
"Saya ajak istri saya untuk kembali ke kampung, lalu istri saya bilang nanti kita makan apa? Saya hanya bilang kita kembali" kata Om Hanis.
Om Hanis bertekad untuk bertani demi menafkahi keluarganya. Dalam beberapa percakapan, Istrinya meragukan kemampuan Om Hanis untuk bertani.
"Bapak bisa bertani?" bertanyalah sang istri dengan penuh keraguan.
"Kita pergi saja" jawab Om Hanis dengan raut muka yang penuh keyakinan.
Singkat cerita, pada tahun 2004 mereka pulang ke kampung halamannya Om Hanis di Desa Mauleum, Kecamatan Amanuban Timur, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur.