Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hari Hutan Sedunia Diabaikan, Ini Peringatan Banjir Sentani

23 Maret 2019   00:59 Diperbarui: 23 Maret 2019   01:14 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.thejakartapost.co

Bahkan pers juga tidak menulis tentang hutan. Hanya ada beberapa pihak yang sadar untuk memperingatinya melalui tulisan-tulisan kecil. Mungkinkah Peringatan Hari Hutan dilenyapkan oleh berita-berita politik seakan peringatan hari hutan tidak penting bagi kita.

Akibatnya kita harus diperingatkan oleh banjir Sentani, Papua. Banjir yang memakan puluhan korban jiwa dan harta benda. Proses evakuasi pun masih terus dilakukan untuk mencari korban-korban hilang. Sedangkan yang luka-luka dibawa ke Rumah Sakit untuk memperoleh pertolongan medis.

Perlu diketahui, berdasarkan laporan BMKG, Banjir ini merupakan Banjir Bandang yang diakibatkan oleh penebangan hutan di area pegunungan yang menghabiskan puluhan hektar. 

Sepotong komentar yang dilontarkan oleh seseorang dengan nama akun Rulan dalam tulisan Bendung Alami, Penyebab Utama Banjir Bandang Sentani bahwa "Kisaran tahun 1990an, ketika berwisata ke Air Terjun, saat melalui kaki gunung, kami melewati banyak pohon. Mulai 2001an, sepanjang kaki gunung yanh terihat kebanyakan adalah kebun.
Tidak ada lagi peresapan secara alami.
Akar akar pohon yang menjadi topangan dan yang juga menjadi salah satu alur peresapan sudah ditebang dan dijadikan kebun. Pohon juga sudah berkurang di sepanjang aliran sungai. Ini seperti memperlancar aliran air.

Untuk area Waena, jika tidak segera mendapat penaggulangan, maka kami seakan tinggal menunggu "waktu untuk dihabisi", karena di kaki gunung, dan maupun pada kemiringan bukit, bermunculan kebun kebun.

Selain itu, ditambah dgn pembangunan perumahan dll, yg tidak memperhitungkan area area peresapan, tutup sana sini, timbun sana sini.
Hal di atas adalah sisi negatif tentang kondisi hutan di daerah Sentani, Papua.

Dalam tulisan Magfirah dalam situs Dongeng Geologi, ia mengatakan bahwa "Pembalakan menjadi salah satu faktor penyebab banjir bandang, jika potongan kayu yang tertumpuk akibat pembalakan hutan terseret oleh arus dan turut membendung aliran. Namun, menariknya jika kita perhatikan kondisi vegetasi pada sepanjang pegunungan Cycloop, pada lokasi terdampak (Sentani dan Doyo Baru) lokasi vegetasi masih relatif rimbun jika dibandingkan pada daerah bagian timur (Waena). Jika seandainya intensitas curah hujan pada  sepanjang sisi pegunungan serupa, maka kawasan Waena akan terkena dampak, bahkan lebih parah. Untungnya, Peg. Cycloop di kawasan Waena selain memiliki morfologi lereng yang lebih landai, lembah -- lembah nya terbuka (tidak ada bendung alam). Aliran menjadi mudah mengalir sehingga kecepatan aliran relatif lambat.
Ini yang merupakan sisi positifnya namun masih terjadi banjir yang begitu besar.

Hutan yang seharusnya mengatur dan menyimpan air tanah sudah tak berfungsi. Akibatnya, tanah jenuh terhadap air yang dihasilkan dari curah hujan yang tinggi mengalir memenuhi permukaan tanah dengan volume yang cukup besar.

Hasil eksploitasi ini menguntungkan beberapa pihak yang tak sebanding dengan pihak yang dirugikan. Hasilnya, pasti dinikmati oleh para kapitalis yang memanfaatkan minim kesadaran masyarakat tentang peran pentingnya hutan dalam kehidupan manusia.

Belajar dari peristiwa ini, maka mengandalkan Undang-undang perlindungan hutan saja tidak cukup sehingga perlu adanya bentuk upaya lain untuk melindungi hutan.

Pertama, perlu upaya pemerintah untuk memperingati Hari Hutan Sedunia agar meningkatkan kesadaran masyarakat memelihara dan melestarikan hutan dengan cara menetapkannya sebagai hari libur nasional selayaknya hari buruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun