Di tengah hutan kami terpisah, kedua murid saya (Nidon dan Taslim) kehilangan jejak. Kami tiba-tiba merubah tujuan, Taslim dan Nidon tetap menembak burung, kami bertiga mendaki ke puncak bukit yang sangat jauh, melewati sungai yang cukup dalam tetapi airnya sedikit sehingga mudah untuk dilewati.
Setengah jam kemudian, ketika kami sudah mendekati puncak mereka berteriak-teriak memanggil kami dari kejauhan, kami pun membalas teriakan mereka sehingga mereka mengikuti arah suara kami.
Stengah jam kemudian mereka mendapatkan kami di puncak dan hanya mendapat 3 ekor burung karena peluru tersumbat didalam senapan.
Kamipun duduk bercerita sambil mengambil bekal yang kami bawa dan makan bersama.
Setelah itu, kami foto bersama dibawah langit yang berawan gelap menutupi matahari dibagian barat sedangkan dibagian Timur yang terang dengan langit biru dan berawan tipis.
Hari semakin sore, dingin yang bersamaan dengan hembusan angin yang sejuk terus kami rasakan.
Inilah foto-fotonya
Hari mulai gelap, kami menyalakan senter dan pulang ke rumah.
Bersama mereka tidak berhenti disini, setiap malam pun mereka bermalam di rumah saya tinggal. Berdoa pada pagi hari dan malam hari serta belajar firman Tuhan yang saya terus ajarkan bagi mereka.
Harapannya, mereka selalu ada bersama saya dan mau belajar dan bertumbuh bukan hanya sebagai orang yang berintelektual tapi sebagai pribadi yang Takut akan Tuhan. Sehingga pada akhirnya cerita Kekalahan ini berakhir.
Dalam Versi Bahasa Inggris
*The Story about Teacher and the Students*
The story about losing is a story about being left behind, poverty and illiteracy experienced by the abandoned villagers. Though when they are in town they are called State Representative, the notion actually means “coming from remote area”; soft and cynical terms to be used to address them.