Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Empri Magi, Aktivis Literasi dan Pejuang Pendidikan NTT

29 Mei 2018   18:38 Diperbarui: 6 Juli 2019   11:41 2108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Belajar Empri dan Anak-anak TBM & Kelompok Belajar Dyatame (Dokumen Empri Magi)

Punya pekerjaan dan hidup mapan merupakan keinginan setiap mahasiswa setelah lulus kuliah. Keinginan ini bukan untuk suatu kepuasan semata tetapi sebagai bentuk balas budi kepada pengorbanan orang tua dan keluarga pada umumnya yang berperan sebagai sutradara dalam menyelesaikan studi dan memperoleh sebuah gelar.

Hal di atas menjadi alasan setiap orang untuk menuntut biaya hidup jika pada akhirnya mengabdi atau bekerja pada sebuah instansi. Oleh karena itu, semua yang dikerjakan berorientasi pada uang (biaya hidup) atau yang biasa dikenal dengan istilah Orang Kupang "Kalo ada doi beta karja".

Tentunya mengabdi pada sebuah instansi, itulah yang seseorang tuntut sebagai hak walaupun kewajiban yang dilaksanakan tak sebanding dengan tuntutan haknya apalagi seseorang dengan setia dan bertanggung jawab melakukan segala tugas dan tanggung jawabnya. Namun, bagaimana jika kita mengabdi tanpa di bayar satu rupiah pun?

Ada seorang gadis bernama Empriani Magi asal Desa Kalada, Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Setelah menghabiskan masa studinya di Jurusan Kimia, FST-Universitas Nusa Cendana (UNDANA), ia memilih kembali ke kampung halamannya karena ia merasakan ketertinggalan dan keterbelakangan yang sesungguhnya ketika ia mengenyam pendidikan di Undana.

Ia merasa berbeda dengan anak-anak yang hidup di kota dimana mereka lebih berwawasan dan lebih hebat secara akademis. Hal ini tidak membuat dia putus asa. Ia terus berjuang dan bangkit menyelesaikan studinya tepat waktu. Hal ini menjadi alasan ia bertekat  harus menghentikan rentetan kebodohan dan ketertinggalan di NTT, secara khusus di tempat kelahirannya Kalada-SBD.

Pada mulanya perempuan yang akrab disapa Empri ini, mulai mengajar adiknya sendiri karena bagi dia "Mengajar adalah Belajar". Hal ini juga merupakan motivasinya untuk terus membagi ilmunya kepada orang lain secara gratis (tanpa biaya).

Hari demi hari semakin banyak anak-anak yang datang untuk belajar sehingga ia memutuskan mendirikan Taman Baca Masyarakat (TBM) dan Kelompok Belajar di rumahnya sendiri yang sekarang dikenal dengan nama TBM & Kelompok Belajar Dyatame. Tak terasa sampai saat ini terdapat 140 anak-anak berasal dari enam desa yang terletak di dua kecamatan datang untuk belajar.

Hal ini membuktikan bahwa keinginan untuk belajar anak-anak di NTT sangat tinggi tetapi fasilitas (sarana dan prasarana) dan fasilitator (pendidik) yang sangat kurang bahkan dikatakan tidak ada. Hal ini berkontradiksi dengan tingkat pengangguran semakin meningkat, dan lulusan keguruan semakin banyak di perkantoran.

Empri terus tekun mengajar mereka dengan ramah mulai dari pendidikan karakter sampai dengan berbagai bidang ilmu dengan jadwal yang teratur. Hari senin pukul 17.00-19.00 WITA untuk siswa/i SMP dan SMA, hari selasa waktu yang sama untuk siswa/i SD dan hari rabu waktu yang sama pula untuk semua siswa (kelas gabungan).

Namun, tentu yang dilakukannya tidak luput dari tantangan. Banyak masalah yang harus dihadapi. Banyak pihak yang menilai ini sebagai sebuah modus untuk mencari sensasi sebagai bentuk pamer ilmu dan lain sebagainya. Selain itu, fasilitas yang terbatas dimana tanpa meja belajar dan kursi bahkan gedung pun sampai saat ini belum ada menjadi tantangan Empri untuk terus berjuang menarik minat dan semangat anak-anak untuk terus belajar.

Empri termotivasi dari apa yang Napoleon Hill katakan, bahwa "Jangan menunggu; tidak akan pernah ada waktu yang tepat. Mulailah di mana pun Anda berada, dan bekerja dengan alat apa pun yang Anda miliki. Peralatan yang lebih baik akan ditemukan ketika Anda melangkah."

Perlu diakui bahwa Empri adalah wanita yang tangguh, ia tidak melihat ini sebagai jalan buntu. Ia menyadari bahwa memulai sesuatu harus dari bawah dan yang paling penting adalah semangat dan minat anak-anak yang terus bangkit walaupun mereka harus belajar dengan fasilitas dan kondisi yang kurang mendukung. Semangat anak-anaklah yang menjadikan Empri kuat sampai saat ini.

Terlepas dari masalah dan keterbatasan fasilitas yang dihadapi, Empri mentransfer knowledge yang sangat besar bagi anak-anak tersebut. Hal ini dilihat dari kualitas anak-anak yang belajar di TBM & Kelompok Belajar Dyatame.

Di sekolah, anak-anak didikan Dyatame unggul dalam pola pikir dan perilaku, banyak diantara mereka yang menduduki peringkat dan menjadi siswa teladan. Selain itu, dibuktikan dengan juara 1 lomba pidato se-kabupaten SBD berasal dari Dyatame, mereka juga juara lomba menyanyi dan bercerita. Beberapa diantara mereka mengikuti Olimpiade MIPA.

Uniknya, mereka bukan hanya mampu menyanyi, berpidato, bercerita dan pintar ilmu eksak. Mereka di ajarkan untuk berbicara, bercerita dan bernyanyi menggunakan bahasa Inggris, Jepang dan Jerman. Adanya kelas praktek yang memudahkan mereka cepat memahami apa yang Empri ajarkan.

Mereka juga diajarkan untuk disiplin dan patuh pada ajaran agama. Hal ini dibuktikan dengan persembahan pujian yang sering dilakukan di tempat ibadah dan juga adanya pengakuan khusus dari orang tua dan guru-guru tentang kualitas yang anak-anak mereka miliki.

Empri juga meyediakan waktu khusus selain senin, selasa dan rabu untuk melakukan percobaan-percobaan sains khususnya di bidang kimia sebagai bentuk pengembangan ilmu yang dipelajarinya di Perguruan Tinggi dan bedah buku untuk menambah wawasan anak-anak.

Semua hal di atas, menjadi kepuasan tersendiri bagi orang tua dari anak-anak tersebut. Mereka sangat bersyukur karena Empri bukan hanya mentrasfer knowledge tapi adanya Building Character sebagai upaya menjawab krisis karakter di bangsa ini. Hal ini ditunjukan oleh anak-anak di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Terlepas dari semua di atas, sampai saat ini mereka kesulitan karena masih belajar membaca dan menulis di lantai dan lapangan rumput (tergantung cuaca) karena tidak adanya gedung yang memadai dan meja belajar. Selain itu, tidak tersedia alat penerang pada malam hari sehingga kegiatan belajar belum seefektif yang Empri harapkan. Mereka berusaha menggunakan cahaya lampu senter untuk membantu proses belajar.

Ketika saya mengetahui kehebatan anak-anak hasil didikan TBM Dyatame, saya berpikir bahwa mereka akan sangat jenius jika mereka punya fasilitas yang cukup. Kiranya karya dan pengabdian yang dilakukan Empri seharusnya menjadi perhatian pemerintah dan banyak orang termasuk kita untuk memberi bantuan fasilitas dan dukungan doa agar anak-anak Dyatame terus menimba ilmu dengan dukungan fasilitas yang cukup dan memadai

Semua yang di lakukan oleh Empri hanyalah untuk mendamaikan konflik batin yang ia rasakan puluhan tahun. Dia punya hati yang mau berkorban, mau memberi, mau melayani dan bayar harga, dia tidak mempedulikan masa depannya demi NTT yang ia sangat cintai. Empri membutuhkan dukungan doa untuk terus maju menjadi reformator pendidikan sekaligus menjadi teladan bagi generasi muda yang tidak mementingkan diri sendiri tapi punya rasa cinta dan peduli terhadap tanah air.

Saya berpikir jika setiap desa di NTT mempunyai satu orang saja yang memiliki jiwa reformator seperti Empri maka percaya atau tidak "NTT Bangkit". Hal ini juga perlu adanya kerja sama antara pemerintah dan para jiwa reformator ini untuk mampu memecahkan masalah pendidikan di NTT.

Sebagai saran kepada pemerintah dalam mengatasi masalah ini, wajib setiap desa memiliki satu atau lebih taman baca tergantung luas wilayah desa sekaligus upaya mengurangi pengangguran, pemerintah menempatkan lulusan-lulusan yang berkualitas untuk mengabdi di desa selama beberapa tahun. Hal ini terus dilakukan menuju NTT yang pintar dan hebat.

Salam literasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun