"Aku daftar kuliah, Mas."
Seketika senyap tak ada suara atau jawaban Mas Slamet, ingin rasanya bertanya bagaimana? Tapi aku tak berani untuk mengutarakan, dan hanya kebisuan yang ada di antara aku dan suamiku.
"Apakah tak kau pikirkan dulu, Dik? Bahwa Bilal pun butuh banyak biaya? Mas tahu ini tanggungan mas seorang suami dan mas sangat malu jika mas melarangmu untuk melanjutkan kuliahmu. Tapi mas minta pengertianmu, Dik. Cuma itu." Aku tak mampu berbicara, bahkan bibir terasa tertahan oleh gigiku.
"Dik? Kalau kau sibuk, lanjutkanlah kerjamu dulu. Gampang nanti telepon mas lagi. Waalaikumsalam."
Entah apa yang ada dibenakku, terasa goyah pertahanan diri untuk kukuh melanjutkan kuliah. Sedangkan anakku membutuhkan, dan aku egois ingin melanjutkan apa yang telah tertanam dalam hati. Lirih suaraku membalas salamnya, ponsel diseberang sudah mati. Namu aku masih menempelkan ponselku di telinga dan beraharap mendapat restunya dengan tiba-tiba. Bayangan mataku sedikit buyar, tak mampu melihat dengan jelasnya dunia. Kutatap wajahku, ternyata orang yang di dalam cermin itu menangis. Iya, dia adalah aku yang sedang menangisi sebuah kebingungan.
"Sepurane Mas, kalau aku tidak mendengarkan nasihatmu. Izinkanlah aku untuk menimbah ilmu, aku berjanji tak akan lupa apa yang sudah menjadi kewajibanku. Sepurane Mas."
Kata-kata itu terkirim dalam pesen singkat yang kutulis dengan air mata berderai, sungguh tak kuasa menahan apa yang menjadi sebuah tanggung jawab. Namun, Allah tak akan membiarkan menghalangi sebuah niat yang tulus ikhlas pada semua hamba-Nya.
"Doa restuku bersamamu, Dik. Semoga kau sehat selalu."
Terkejut rasanya melihat pesan singkat yang dikirimkan oleh Mas Slamet, aku tahu dia adalah suami yang sangat baik dan ia sangat menyayangiku. Aku sangat terharu oleh ucapannya, dan tak ada keraguan lagi dalam hatiku untuk terus menimbah ilmu. Meskipun umurku tak lagi muda, tidak menjadi halangan untukku terus berjuang demi keluarga dan kampung halamnku. Ilmuku untuk kampung halamanku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H