Mohon tunggu...
Nenk Mawar
Nenk Mawar Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Saya hanyalah penulis receh yang tengah berperang dengan pena dan menggoreskan kata-kata

Hidup hanya sekali, buatlah hidupmu berwarna. Jangan engkau menyia-nyiakannya tetap semangat apapun keadaannya keep fighthing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Risalah Hati

13 Juni 2020   20:38 Diperbarui: 13 Juni 2020   20:36 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ada apa, Mi?" tanya abah tiba-tiba.

"Enggak apa-apa, Bah. Cuma tadi ummi lihat anak kita itu melamun, gak biasanya."

"Apaan si Mi, orang gak ngelamun," bantahku.

Abah hanya tersenyum lembut menatapku, dan seraya beliau berkata. "Nanti malam, keruang abah bersama ummimu."

Lho ada apa abah memintaku datang bersama ummi di ruangan abah lagi, hatiku semakin tak keruan. Kuharap bukan karena keterlambatanku mengajar anak-anak hari ini.

****
Malam yang ditunggu telah tiba, hatiku semakin resah mondar-mandir dalam bilik sudah seperti kitiran. Duhai hati, berdzikirlah dan tenanglah tak akan terjadi apa-apa dengan badan yang penuh dosa ini. Serahkanlah pada Allah, biar tenang. Aku tak henti-henti menenangkan hati yang tengah bergemuru, karena kerisauan tadi pagi tak bisa membuatku tenang. Bahkan dzikirku pun terpental, tak bisa menahan rasa gemuru hatiku sendiri.

Terlihat ummi yang tengah duduk di sofa menungguku keluar kamar, dengan rasa berat aku pun berkata siap pergi bersama ummi ke tempat abah.

"Tak perlu gugup begitu, lihat tanganmu semua dingin," tegur ummi melihat wajahku yang pucat.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman, duhai ummi andai kau tahu betapa takutnya anakmu ini pasti engkau akan memelukku erat.

Langkahku terhenti ketika melihat ustad Ali berada di ruangan abah dan, sebentar ... aku mengenal siapa yang duduk di sebelah ustad Ali. Ada apa ini? Aku tak paham dengan ini semua.

"Mengapa ada ustad Ali, di sana Mi?" tanyaku pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun