Mohon tunggu...
Nenk Mawar
Nenk Mawar Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Saya hanyalah penulis receh yang tengah berperang dengan pena dan menggoreskan kata-kata

Hidup hanya sekali, buatlah hidupmu berwarna. Jangan engkau menyia-nyiakannya tetap semangat apapun keadaannya keep fighthing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nok, Pulanglah

13 Juni 2020   13:21 Diperbarui: 13 Juni 2020   13:18 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pulanglah nok, apa pun yang terjadi. Meskipun mereka membencimu. Jangan kamu gugurkan anak itu, dia tak bersalah, pulanglah ...."

Tangisanku pecah, aku merasa malu. Meskipun banyak yang menghujat, tapi tak sedikit pula mereka, temanku memberi semangat meskipun aku tak tahu perasaan mereka terhadapku.

"Sabar, Lin. Semua sudah terjadi, dan tersebar luas ke mana-mana. Bagaimana semua orang tahu, kamu hamil?"

Aku hanya diam, mencoba menghela napas panjang dan coba perlahan memberi tahu asal muasalnya masalah ini sampai ke media sosial.

"Saat aku memeriksakan kandunganku, di sana ada Caca yang tengah mengantar temannya, dan kau pun tahu, Ri. Caca mencintai Mas Baim, ketika dia tahu aku hamil, dia pun membuat sebuat pernyataan yang menyudutkanku dan di situlah asal muasalnya, tersebar bahwa aku hamil dengan suami orang ...."

Rita memeluk dan ia mengusap pundakku, "Sabar ya , Lin. Aku tahu ini sangat berat untukmu ...."

"Aku tidak apa-apa kok, Ri. Cuma, aku tak tahu bagaimana menghadapi keluargaku ...."

Aku pun berpamitan dengan Rita, dan kembali ke rumah bosku. Jalanan begitu lenggang, karena sekarang waktu orang Hong kong masuk kerja. Aku menggeret troli yang berisi penuh dengan belanjaan, bosku tidak tahu. Jika aku hamil dua bulan, untung saja kehamilanku tak merasakan mual-mual atau semacamnya. Hanya saja, terkadang kantuk tak tertahan, selalu ingin tidur.

Mas Baim memblokir semua media sosialku termasuk whatsapp, di facebook banyak yang bertanya tentang kebenaran kehamilanku. Namun, aku tak menjawabnya dan tak pernah membuka facebook lagi. Aku menghilang bagaikan di telan bumi, dan bersembunyi layaknya kura-kura yang takut akan keramaian.

Aku tahu ibu dan adik-adikku, selalu menghubungiku. Namun, aku tak mengangkat telepon dan tak membalas pesan singkatnya.
"Maafkan aku, bu. Aku tak ingin membuatmu malu dan aku berjanji akan membesarkan anak ini sendiri ...."

Hari bertambah hari, bulan bertambah bulan. Aku sudah bertemu dengan Mas Baim, dan meminta untuk bertanggung jawab. Tapi, yang aku dapat hanyalah cacian. Dan ia melemparkan uang berupa dolar diwajahku, entah dia anggap aku ini apa. Mungkin dia pikir aku ini pelacur? Sungguh hatinya terbuat dari apa, ia senang berbuat, tapi tak ingin bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun