Mohon tunggu...
Nenk Mawar
Nenk Mawar Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Saya hanyalah penulis receh yang tengah berperang dengan pena dan menggoreskan kata-kata

Hidup hanya sekali, buatlah hidupmu berwarna. Jangan engkau menyia-nyiakannya tetap semangat apapun keadaannya keep fighthing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Lelaki Hitam di Balik Jendela

13 Juni 2020   07:39 Diperbarui: 13 Juni 2020   07:43 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kukira itu bukan awal dari malah petaka seperti ini, namun ternyata lelaki itu menyikapi berbeda ia menyalahkan arti dari senyumanku. Aku merasa menyesali senyumanku sekarang, seharusnya aku memberi tahu padanya agar berhenti untuk mengawasiku.

Aku segera membeli sayur dan segera pergi dari pasar, namun nasib buruk tak bisa terelakkan. Dia mengetahuiku dan aku begitu kaget ketika ia memandangku dan tersenyum mengetipkan satu mata.

Sungguh sangat geli sekali, aku lebih suka orang lokal Indonesia. Mereka pikir aku tertarik dengan mereka, seperti mbak-mbak lainnya. Pikiran mereka terlalu cabul menurutku.

Aku berlari dan terus berlari, tak peduli orang melihatku. Yang terpenting aku sudah jauh darinya. Sesampai di halte bus hatiku sedikit legah, kerena ada orang yang tengah menunggu bus. Aku tak perlu naik, karena rumah apartemen bosku samping halte bus. Cuma harus memutar sedikit, baru ada jembatan menjuh apartemen.

Mataku menyapu sekelilingnya, tak ada tanda-tanda orang yang mengikutiku. Lift pun terbuka aku pun segera masuk dan secepatnya menekan tutup. Kini hanya ada aku sendiri di dalam lift, napasku masih sedikit tersengal.

"Alhamdulillah hari ini selamat lagi ...." lirihku.

*****

Pikiranku masih tak karuan, bagaimana tiap hari seperti ini. Aku bisa stress dibuatnya. Mengapa lelaki itu terus menerus mengikutiku, apakah aku harus melawannya? Tapi bagaimana? Sungguh kacau balau.

Aku sudah terbiasa bangun pagi pukul lima waktu Singapura, mataku masih belum begitu sadar. Aku tak kejut bukan main, jendela samping keranjangku terbuka dan terlihat lelaki wajahnya hitam tak begitu jelas. Mungkin karena aku baru bangun tidur. Lisanku tak bisa berteriak, berkata pun seakan tak bersuara.

Melihatku terkejut lelaki itu langsung pergi dan aku pun segera bangkit dari tempat tidurku. Aku masih ketakutan, bosku sudah bangun dan bersiap-siap berangkat kerja. Dan bekal nasi dan sarapan sudah tertata rapi di meja.

Aku tak mungkin bicara dengan bosku sekarang, karena mereka akan pergi kerja. Namun, aku tak bisa menunggu ingin segera memberitahunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun