"Dipaksa bagaimana, Nak?" tanyaku penasaran.
"Aku dipaksa Ari buat nyembunyiin tempat pensil Hafis!
Aku tertegun.
"Jadi, maksudmu, yang menyimpan tempat pensil Hafis itu, kamu? karena dipaksa Ari?"
Upi mengangguk.
"Tapi, aku kan cuma dipaksa!" Upi menjelaskan dengan tatapan polosnya.
Mendengar jawaban Upi, hampir saja meledak tawaku.
Lha, kalau begitu, bener, kan, dia yang nyembunyiin tempat pensil Hafis atas perintah Ari? Tetapi kenapa dia bilang, kalau dia itu difitnah? Hihi, mungkin maksud dia, semua dilakukannya karena bukan atas kemauannya, sehingga dia merasa tidak bersalah.
"Kalau disuruh menyembunyikan tempat pensil Hafis itu bagus atau tidak?" tanyaku.
Spontan Upi menggeleng.
"Kalau dipaksa mengerjakan hal yang tidak benar oleh teman, harus dituruti atau tidak?"