Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) 12. Seloka Adagium Petuah Bestari KPPJB ( Februari 2024), 13. Pemilu Bersih Pemersatu Bangsa Indonesia KPPJB ( Maret 2024) 14. Trilogi Puisi Berkait Sebelum, Saat, Sesudah, Ritus Katarsis Situ Seni ( Juni 2024), 15. Rona Pada Hari Raya KPPJB (Juli 2024} 16. Sisindiran KPPJB (2024). Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Air Mata Sang Jagoan

2 Oktober 2024   05:07 Diperbarui: 2 Oktober 2024   14:33 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bu.....!"

Dalam sehari, entah berapa puluh kali dia membuat laporan dengan suara tenornya. Dan dia tak pernah betah duduk di kursi. Lima menit, dia sudah nemplok di bangku temannya. Tugasnya, tak pernah selesai!

Kehidupan Ari sebetulnya bisa membuat trenyuh siapa pun. Dia berasal dari keluarga yang kurang mampu, sehingga jarang membawa uang bekal. Dia juga mengalami speech delay, dan sampai detik ini belum bisa membaca. Saat duduk di kelas sebelumnya, dia sering berkelahi. Tak peduli lawannya bertubuh jauh lebih besar, dia akan sanggup menghadapinya.

Minggu kedua di tahun pelajaran baru ini, aku pun mulai mengajaknya belajar membaca. Ketika dia bisa mengenal huruf dan mengeja, kupuji dia.

"Ari, sekarang sudah pinter membaca, jadi jangan mukul meja, ya!"

Dia memandangku, dan mengangguk.

"Kalau diberi tugas, harus sampai selesai, ya, Nak!"

"Ya, Bu!" jawabnya.

"Masih suka berkelahi?"

Ari menggeleng.

"Bagus! Gak usah berkelahi lagi, ya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun