"Bu.....!"
Dalam sehari, entah berapa puluh kali dia membuat laporan dengan suara tenornya. Dan dia tak pernah betah duduk di kursi. Lima menit, dia sudah nemplok di bangku temannya. Tugasnya, tak pernah selesai!
Kehidupan Ari sebetulnya bisa membuat trenyuh siapa pun. Dia berasal dari keluarga yang kurang mampu, sehingga jarang membawa uang bekal. Dia juga mengalami speech delay, dan sampai detik ini belum bisa membaca. Saat duduk di kelas sebelumnya, dia sering berkelahi. Tak peduli lawannya bertubuh jauh lebih besar, dia akan sanggup menghadapinya.
Minggu kedua di tahun pelajaran baru ini, aku pun mulai mengajaknya belajar membaca. Ketika dia bisa mengenal huruf dan mengeja, kupuji dia.
"Ari, sekarang sudah pinter membaca, jadi jangan mukul meja, ya!"
Dia memandangku, dan mengangguk.
"Kalau diberi tugas, harus sampai selesai, ya, Nak!"
"Ya, Bu!" jawabnya.
"Masih suka berkelahi?"
Ari menggeleng.
"Bagus! Gak usah berkelahi lagi, ya!"