Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) 12. Seloka Adagium Petuah Bestari KPPJB ( Februari 2024), 13. Pemilu Bersih Pemersatu Bangsa Indonesia KPPJB ( Maret 2024) 14. Trilogi Puisi Berkait Sebelum, Saat, Sesudah, Ritus Katarsis Situ Seni ( Juni 2024), 15. Rona Pada Hari Raya KPPJB (Juli 2024} 16. Sisindiran KPPJB (2024). Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Berkebun di Halaman Rumah Orang

27 Mei 2023   13:54 Diperbarui: 27 Mei 2023   14:17 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini, paksu dan beberapa tetangga panen singkong di halaman rumah orang.

Loh, kok bisa?

Hihihi....

Ya, iyalah!

Rumah itu sudah 2 tahun tak dihuni, dan tak sekalipun ditengok yang empunya. Akibatnya, halaman rumah itu dipenuhi rumput liar tinggi-tinggi, dan nampak seram. Anak-anak sering takut jika lewat rumah itu.

"Ada penghuninya!" mereka berbisik-bisik, tetapi terdengar jelas.

Tentu saja, rumah saya yang berhadapan dengan rumah itu merasa terusik. Takut ada sesuatu menyelinap di rerimbunan rumput dan membahayakan kami serta anak-anak..

Akhirnya paksu berkordinasi dengan Pak RT, dan atas kesepakatan bersama, warga bergotong royong membersihkan halaman rumah kosong itu.

"Silakan ditanami, agar terpelihara kebersihannya!" komando Pak RT.

"Saya punya bibit singkong dari kampung, Pak!" usul paksu yang baru pulang dari Panjalu.

"Wah, silakan ditanam di sini, Pak Deri. Semoga dapat kita panen nantinya!" ujar Pak RT.

Ada tiga rumah tak berpenghuni di sekitar kami, dan semuanya ditanami singkong. Paksu dan para tetangga, bergiliran membersihkan rumput pengganggu, agar singkong bisa tumbuh maksimal. Ibu-ibu sesekali memanen daun singkong, yang sangat lezat dan lembut untuk lalapan. Tanaman singkong pun tumbuh dengan subur, tanpa harus disiram.

Dan hari ini, saatnya memanen singkong. Hehehe

Foto dokpri
Foto dokpri

Alhamdulillah, sampai saat ini, pemilik rumah belum datang. Panen singkong cukup banyak, terutama yang di pinggir terhalang dua rumah dari rumah saya. Singkongnya besar-besar dan banyak. Siapa mau, boleh mengambil seperlunya, sehingga semua turut merasakan kelezatan singkong Panjalu, yang empuk dan pulen.

"Gimana, nih. Halal, gak singkongnya, Pak RT?" paksu ragu, soalnya, kami bertanam tanpa izin.

"Insya Allah, halal. Nanti kita bicara kepada empunya rumah, jika datang!" ujar Pak RT sambil tertawa.

Kami pun merasa lega.

Mudah-mudahan singkong yang kami makan halal dan tidak syubhat.

Bagaimana menurut teman-teman?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun