Kami naik kereta seperti naik mobil umum saja! Hihihi
Ibu akan memberi ongkos sekadarnya ke kondektur, dan kami menumpang kereta selama 3 jam.
Saat itu, kereta selalu penuh sesak, bahkan sampai ke atas kereta.
Masih untung kalau kami mendapat tempat duduk. Kalau tak pun, kami duduk di atas tas, sambil menghindari senggolan para pedagang, pengamen, yang tak henti hilir mudik.
Perjalanan saat itu begitu praktis, tak ada rasa khawatir akan ada kejahatan atau penculikan. Ibu akan menjemput, saat liburan kami hampir usai, Semua aman-aman saja di kisaran tahun 1975 hingga hingga tahun 1980-an.
Sungguh keadaan yang sangat berbeda dengan situasi saat ini. Tak akan ada orang tua yang tega melepas anak-anaknya yang masih SD untuk ke Pangandaran tanpa ditemani orang dewasa!
Yang paling seru kala naik kereta, yaitu saat di daerah Kalipucang. Kereta akan melewati terowongan Cikacepit yang sangat panjang. Panjangnya lebih dari 1 km.
Suasana gelap gulita, suara kereta bergemuruh, membuat hati ciut. Beberapa penumpang akan menyalakan senter, dan suasana pun menjadi agak terang. Kami berdoa sebisa mungkin, agar kami selamat dari gelapnya terowongan, termasuk yang berada di atas kereta.
Saat terowongan hampir usai, dengan gembira kami berebut untuk melihat cahaya.
Mula-mula cahaya nampak sedikit, dan tak lama kemudian, keadaan menjadi benderang. Kami pun menarik napas lega.