Tak lama kemudian, datang pula seorang bapak menenteng sapu lidi, mendekatiku.
"Maaf, Bu, uang kebersihan dua ribu!" ucapnya sopan.
"O, ya, sebentar, Pak."
Kucari uang recehan, alhamdulillah ada uang pas, segera kuberikan dengan niat sedekah.
"Terima kasih, Bu!"
"Sama-sama, Pak!" jawabku ramah.
Si Bapak penyapu, mendatangi bestieku yang lainnya, dia berpindah dari satu pedagang ke pedagang lainnya.
Selalu ada uang keamanan untuk para penjual dadakan. Kalau di d pinggir jalan ini termasuk murah. Waktu hari pertama puasa, aku berjualan di tempat yang strategis. Uang keamanan tujuh puluh ribu rupiah, dan uang kebersihan tujuh rupiah perhari. Hanya sampai hari kelima saja bertahan di sana, karena hujan terus mengguyur. Akibatnya, daganganku tak laku.
Alhamdulillah, hari ini Allah memberi rezeki kepada kami, para pedagang dadakan di pinggir jalan. Walau sedikit, tetap harus disyukuri. Bahkan, kami masih bisa berbagi dengan para penjaga keamanan dan petugas kebersihan.
Menjelang magrib, hujan rintik-rintik turun. Suasana mulai sepi. Aku bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Begitu pun yang lainnya.
Dagangan kumasukkan ke kresek, dan kuletakkan di gantungan motor. Meja kulipat, dan kuselipkan di kaki.