Tak terasa, bulan Ramadan hampir berakhir. Hari ini hari terakhir kami menjalankan puasa. Dari subuh, terdengar suara beduk bertalu-talu, anak-anak menabuh beduk bergantian. Yang tidak kebagian menabuh beduk, maka cukup memukul bagian pinggir beduk dengan batu. Maka terdengarlah nada serasi seirama.
Tek tek tek dug dug dug tek dugdug tek dug dug dug tek...
Suka cita tergambar di wajah mereka. Hari ini tak khawatir dikejar-kejar pak Merbot, karena mereka diberi kebebasan bermain beduk sampai magrib tiba.
Uh, senengnya!
Melihat teman-teman asyik bermain beduk, aku justru merasa sedih! Sedih sekali, karena kata Ibu aku dan A Bari gak akan dibeliin baju lebaran, karena batal puasa.
Duh, teganya Ibu! Masa gara-gara batal sekali, hukumannya begitu amat. Hiks hiks
Tak henti-henti aku menyesali. Aku duduk memandangi jalan depan masjid yang begitu ramai. Orang-orang berlalu lalang, dengan menenteng kresek belanjaan di tangan. Ada pula yang membawa cangkang ketupat di tangannya.
Mungkin hanya aku yang bersedih saat lebaran tahun ini. Hiks hiks.
"Ana, ayo, giliranmu nabuh beduk!" Teh Dini memanggilku.
Aku cuma menggeleng lesu.
"Kamu lapar?"