Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) 12. Seloka Adagium Petuah Bestari KPPJB ( Februari 2024), 13. Pemilu Bersih Pemersatu Bangsa Indonesia KPPJB ( Maret 2024) 14. Trilogi Puisi Berkait Sebelum, Saat, Sesudah, Ritus Katarsis Situ Seni ( Juni 2024), 15. Rona Pada Hari Raya KPPJB (Juli 2024} 16. Sisindiran KPPJB (2024). Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Baju Lebaran yang Ditunggu (Part 1)

24 Maret 2023   08:11 Diperbarui: 24 Maret 2023   08:26 1261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Tak terasa, bulan Ramadan hampir berakhir. Hari ini hari terakhir kami menjalankan puasa. Dari subuh, terdengar suara beduk bertalu-talu, anak-anak menabuh beduk bergantian. Yang tidak kebagian menabuh beduk, maka cukup memukul bagian pinggir beduk dengan batu. Maka terdengarlah nada serasi seirama.

Tek tek tek dug dug dug tek dugdug tek dug dug dug tek...

Suka cita tergambar di wajah mereka. Hari ini tak khawatir dikejar-kejar pak Merbot, karena mereka diberi kebebasan bermain beduk sampai magrib tiba.

Uh, senengnya!

Melihat teman-teman asyik bermain beduk, aku justru merasa sedih! Sedih sekali, karena kata Ibu aku dan A Bari gak akan dibeliin baju lebaran, karena batal puasa.

Duh, teganya Ibu! Masa gara-gara batal sekali, hukumannya begitu amat. Hiks hiks

Tak henti-henti aku menyesali. Aku duduk memandangi jalan depan masjid yang begitu ramai. Orang-orang berlalu lalang, dengan menenteng kresek belanjaan di tangan. Ada pula yang membawa cangkang ketupat di tangannya.

Mungkin hanya aku yang bersedih saat lebaran tahun ini. Hiks hiks.

"Ana, ayo, giliranmu nabuh beduk!" Teh Dini memanggilku.

Aku cuma menggeleng lesu.

"Kamu lapar?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun