Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) 12. Seloka Adagium Petuah Bestari KPPJB ( Februari 2024), 13. Pemilu Bersih Pemersatu Bangsa Indonesia KPPJB ( Maret 2024) 14. Trilogi Puisi Berkait Sebelum, Saat, Sesudah, Ritus Katarsis Situ Seni ( Juni 2024), 15. Rona Pada Hari Raya KPPJB (Juli 2024} 16. Sisindiran KPPJB (2024). Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Baju Lebaran yang Ditunggu (Part 1)

24 Maret 2023   08:11 Diperbarui: 24 Maret 2023   08:26 1261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ibu mengajari kami cara mengisi ketupat. Beras yang telah dicuci bersih, ditiriskan, diberi garam dan air kapur sirih, supaya ketupatnya kenyal.

"Ngisinya setengahnya saja, ya!"

Ibu menunjukkan ketupat yang sudah diisi. Kami mengangguk mengerti.

Tiga puluh cangkang ketupat sudah terisi, dan dimasukkan ke dalam dandang besar yang berisi air mendidih. Tinggal menunggu empat jam, ketupat pun akan matang.

Selesai salat ashar, kami pergi ngabuburit, jalan-jalan menunggu azan magrib. Kami menuju ke tempat Kakek, yang sedang markiran.

Ternyata ramainya bukan main. Orang-orang seperti tumpah ke jalan. Tak henti-henti Kakek mengatur keluar masuk kendaraan, dan memarkirkannya. Berdencing-dencing uang masuk ke saku baju Kakek. Peluh tampak berleleran di dahinya. Kami duduk mengawasi Kakek di pinggiran trotoar.

"Kalian pulang saja, ya. Di sini terlalu ramai!" bisik Kakek.

"Iya, Kek!" jawab A Bari.

Beliau mengeluarkan uang dari sakunya.

"Ini buat jajan, ya!"

"Asyiiik, makasih, Kek"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun