Ibu mengajari kami cara mengisi ketupat. Beras yang telah dicuci bersih, ditiriskan, diberi garam dan air kapur sirih, supaya ketupatnya kenyal.
"Ngisinya setengahnya saja, ya!"
Ibu menunjukkan ketupat yang sudah diisi. Kami mengangguk mengerti.
Tiga puluh cangkang ketupat sudah terisi, dan dimasukkan ke dalam dandang besar yang berisi air mendidih. Tinggal menunggu empat jam, ketupat pun akan matang.
Selesai salat ashar, kami pergi ngabuburit, jalan-jalan menunggu azan magrib. Kami menuju ke tempat Kakek, yang sedang markiran.
Ternyata ramainya bukan main. Orang-orang seperti tumpah ke jalan. Tak henti-henti Kakek mengatur keluar masuk kendaraan, dan memarkirkannya. Berdencing-dencing uang masuk ke saku baju Kakek. Peluh tampak berleleran di dahinya. Kami duduk mengawasi Kakek di pinggiran trotoar.
"Kalian pulang saja, ya. Di sini terlalu ramai!" bisik Kakek.
"Iya, Kek!" jawab A Bari.
Beliau mengeluarkan uang dari sakunya.
"Ini buat jajan, ya!"
"Asyiiik, makasih, Kek"