"Aduh, pikulan si Mang sampai jatuh begitu!" Ibu menatapku.
Aku hanya tersenyum kecut.
"Memang kamu ini bertenaga samber nyawa!" katanya sambil tertawa.
Julukanku adalah pendekar samber nyawa, terinspirasi dari serial komik yang suka dibaca Ibu dan kami sekeluarga.
Pendekar Samber Nyawa sendiri adalah pembela keadilan, yang secepat kilat menghilang setelah melumpuhkan lawan.
Kelakuanku pun seperti itu! Kalau sedang kesal, suka secepat kilat mencubit adikku, kemudian kabur.
Kabur meninggalkan adikku menangis sendirian!
Seperti Pendekar!
Hahaha
Mendengar kelakar Ibu, aku hanya tersipu. Dalam hati, aku merasa kapok, tak mau ikut ke pasar lagi, yang ternyata jauh dari kata menyenangkan.
Terlalu ramai dan berdesak-desakkan.