"Kamu sakit, Nak?" tanyaku pada Dina, yang tampak pucat. Duduknya persis di depan meja guru.
Dia menggeleng.
"Enggak, Bu, cuma sakit gigi," ucapnya pelan.
Sudah dua hari ini, dia mengeluhkan sakit gigi, dan menanyakan obat sakit gigi kepadaku. Dan hari ini, pagi-pagi selesai membaca do'a bersama, dia terlihat kuyu seperti kurang tidur.
"Sudah minum obat?"
"Sudah, Bu."
"Nanti kalau masih sakit, Ibu antar ke Puskesmas, ya!" ujarku.
"Enggak, Bu, udah sembuh, kok!" dia menolak dengan tegas.
Hm, anak-anak memang susah kalau diajak berobat! Hehe
Aku mengangguk-angguk tak memaksanya. Kulanjutkan kegiatan pembelajaran dan berdiri di tengah-tengah kelas. Kebetulan, hari ini adalah materi tentang pidato.
Anak-anak kelihatan antusias, saat bersama-sama membedah sistematika pidato beserta contohnya.
Pembelajaran diselingi tanya jawab, pemberian contoh, serta mengamati tayangan video.
Aku berkeliling, mengisi rubrik kegiatan siswa, dan saat sampai di meja Dina, kulihat ia tertidur. Dia menopang kepalanya dengan pangkal lengan.
Mungkin suaraku yang cempreng, menjadikan dia ngantuk berat. Hehehe
Teman sekelompoknya pun tak menyadari, temannya tertidur. Mereka asyik menonton video.
Bangunkan, atau jangan, ya? Pikirku.
Kalau kubangunkan, duh, kasian! Wajahnya begitu pucat, mungkin semalam dia kurang tidur.
Cuaca pagi yang adem, memang sangat cocok untuk tidur!
Biasanya aku akan menyuruh siswa yang mengantuk untuk mencuci muka. Tetapi kali ini aku merasa tak tega. Lagian Dina sedang sakit, jadi kuberi dia toleransi.
Kubiarkan Dina tertidur pulas, menikmati istirahatnya.
Sampai tayangan video berkhir, dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, dia masih pulas.
"Bu, Dina tertidur!"
Reni, teman sekelompoknya, baru menyadari Dina tertidur, dan memberitahuku.
Kutempelkan jari di depan bibirku, menyuruhnya untuk tidak berisik. Untunglah, dia dan anak-anak sangat mengerti, serta tak membangunkannya. Mereka hanya saling berbisik-bisik, dan menunjuk Dina yang tertidur.
Kutatap Dina yang tertidur pulas bagai bayi. Tiba-tiba saja muncul ide untuk memotretnya. Kukeluarkan gawai, dan cekrek, kufoto.
Keadaan kelas sangat hening, anak-anak sibuk mengerjakan tugas. Beberapa saat berlalu, Dina pun akhirnya terbangun.
Aku pura-pura sibuk menulis, dan tak melihatnya. Dia mengucek-ngucek mata, dan dengan panik, bertanya pada temannya.
"Sekarang belajar apa?"
"Bikin pidato perpisahan Din!" jawab Reni.
"Oh!" Dina mengangguk-angguk. Dengan gugup dia mengeluarkan buku dari tasnya.
Segera kuhampiri Dina.
"Udah sembuh, Din?" tanyaku.
Dina mengangguk malu.
"Maaf, saya ketiduran, Bu!" sesalnya.
"Gak apa-apa, kan kamu lagi sakit!" kataku menenangkannya.
"Mau pulang?" tanyaku
"Enggak, Bu!"
"Kamu kuat gitu, jika ikut belajar?" tanyaku khawatir.
"Iya, Bu!" jawabnya mantap.
"Baiklah kalau begitu. Cuci muka dulu, biar segeran, ya, Din!"
"Iya, Bu!"
Dina bangkit dan bergegas ke toilet. Hatiku merasa lega, sempat kulihat wajahnya berseri tak sepucat tadi. Sikap toleranku, mungkin ada faedahnya untuk kesembuhan Dina.
Sembuh, ya, Nak! Jangan sampai tertidur lagi di kelas! Bisik hatiku.
Aamiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H