Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) 12. Seloka Adagium Petuah Bestari KPPJB ( Februari 2024), 13. Pemilu Bersih Pemersatu Bangsa Indonesia KPPJB ( Maret 2024) 14. Trilogi Puisi Berkait Sebelum, Saat, Sesudah, Ritus Katarsis Situ Seni ( Juni 2024), 15. Rona Pada Hari Raya KPPJB (Juli 2024} 16. Sisindiran KPPJB (2024). Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Diplomasi ala Cucuku: Coba Nenek Liat Terus, Deh!

27 Desember 2022   08:25 Diperbarui: 27 Desember 2022   08:27 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

"Nek, sini bentar!"cucuku,  memanggilku dengan serius.

"Ada apa, Cu?"

Segera kusamperin cucuku di ruang tengah, yang ternyata sedang menonton video.

Baca juga: Purwakarta, I

"Ini bagus, Nek. Coba Nenek liat terus deh!" katanya sambil menyorongkan HP.

"Film apa?"

"Liat aja dulu!" kedua cucuku mesem-mesem penuh arti.

Kulihat sekilas, ternyata kolam renang.

"Kolam renang di mana itu, Cu?" tanyaku sambil menguap. Duh, ngantuknya!

"Ini water park, Nek!"

"Oh, iya, bagus!" kataku sekenanya.

Perjalanan Tasik Purwakarta, menyebabkan rasa kantuk menyerang, rasanya malas untuk melihat tontonan apa pun. Puluhan kali aku menguap dari tadi, padahal jam baru menunjukkan pukul 19.30.

"Mau ke sana, dong, Nek!" rengeknya manja.

Aku baru ngeuh, ternyata mereka ingin pergi ke sana. Pandai sekali cucuku berdiplomasi, pake jurus mengajakku menonton video segala. Hehe

"Water Park apa namanya?"

"Anven, Nek!"

"Nenek baru denger ada kolam renang di dekat sini, Sana, bilang dulu ke mami dan onty, boleh apa nggak!"

'Kata mami boleh, kok!"

"Wah, masak, sih?" tanyaku heran.

"Iya, Nek. Kan udah bawa baju renang!"

"O!" aku manggut-manggut

"Boleh, Nek?"

"Boleh!" aku menganggukkan kepala. Masak aku bilang tidak boleh, kalau maminya sudah mengizinkan. Ah, ada-ada aja cucuku ini!

"Asyiiik!" mereka tertawa gembira.

Dasar cucuku, baru dua hari lalu, mereka kiri foto sedang berenang di Soreang, sekarang masih ingin berenang pula! Duh,

Senin, 26 Desember 2022, kami berenam, aku, paksu, si sulung, kedua cucuku, dan putri bungsuku, menyambangi wahana Anven Waterpark & cafe. Jaraknya,cukup dekat dari perumahan tempat suami si Bungsu tinggal.

Tiket masuknya pum cukup terjangkau. Pada hari biasa Rp.20.000,00, sedangkan  hari libur Rp 25.000,00.

"Aneh juga, dengan cuaca Purwakarta sekarang!" si Bungsu nyeletuk.

"Adem, ya?" kataku. Sebelumnya aku sudah dikabari si Bungsu, kalau Purwakarta itu panas!

"Iya, Bu. Jam tujuh pagi aja biasanya udah keringetan! Tetapi sejak kita ke sini, adem banget!"

"Purwakarta menyambut kita dengan kesejukan!" ujar si Sulung sambil tertawa.

"Alhamdulillah," kuucap puji syukur atas cuaca yang sangat bersahabat.

Kalau tak diajak pulang, cucuku pasti betah di Anven seharian. Padahal, bibir mereka sudah menggigil dan kebiruan. Mereka sibuk ke sana ke mari mencoba fasilitas yang ada. Mulai dari prosotan, air tumpah, ayunan, climbing, serta fasilitas lainnya. Cuaca yang adem, membuat cucuku dan pengunjung betah berlama-lama.

Setelah dibujuk, barulah mereka mau berhenti berenang, dan bersih-bersih.

Sebelum pulang, kami mampir dulu  di sate maranggi Maskar Ajiiib yang legendaris. Sajian sop iga, sate sapi dan sop daging sapi begitu nikmat. Harum sate begitu menggoda. Kami pun makan dengan lahap. Pantas saja sangat terkenal, karena cita rasanya yang begitu lezat.

Pukul 14.00, kami baru tiba di rumah si bungsu. Saatnya beristirahat setelah outing yang menyenangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun